12 Desember 2007

Kapankah Malaysia Berhenti Merampok?


(Dimuat di Media Indonesia 10 Desember 2007
Oleh: Husamah
(Mahasiswa FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang)


Malaysia memang telah berani menginjak-injak Indonesia. Hal ini benar, apalagi Malaysia kembali berani mencuri milik Indonesia. Kesenian Reog yang selama ini menjadi kesenian khas Indonesia dan dikenal berasal dari Ponorogo, diklaim sebagai milik Malaysia.

Mengapa Malaysia berulang kali melecehkan Indonesia? Pepatah mengatakan, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Pengalaman berkali-kali berbuat serupa tanpa adanya keberanian untuk melawan dari Indonesia membuat mereka semakin percaya diri.

Beralihnya Sipadan dan Ligitan ketangan Malaysia adalah awal dari semuanya. Selanjutnya lagu Rasa Sayange dibajak dan diakui sebagai milik mereka. Pembalakan dan pencurian kayu dan hasil hutan banyak dimotori pengusaha asal Malaysia.

Ironisnya, pemerintah kita tidak pernah melakukan langkah konkrit untuk melawannya. Pemerintah kita memang terlalu takut untuk melawan Malaysia. Entah mengapa hal itu terjadi. Lihat saja contohnya, di saat ramai protes terhadap aksi pemukulan wasit karateka Indonesia, Peter Donald Kolopita oleh aparat keamanan Malaysia dan pemerintah Malaysia tidak mau minta maaf, ternyata Wapres Jusuf Kalla tanpa rasa malu menghadiri undangan ulang tahun Malaysia.

Tatkala para TKI/TKW kita di Malaysia diburu dan diperlakukan tidak manusiawi, pemerintah kita tidak bisa berbuat apa-apa. Alih-alih memberi pembelaan dan santunan, justru korupsilah yang dipertontonkan. Sebagian lagi tebar pesona ke daerah-daerah untuk meminta dukungan pada pemilu mendatang. Anggota DPR yang katanya penyambung lidah/aspirasi rakyat ternyata menerima suap sana-sini seperti yang dilakukan Komisi I DPR. Ada lagi yang tanpa malu menggunakan uang rakyat untuk naik haji.

Sampai kapan hal ini akan terjadi? Jawabannya bermacam-macam. Selama pemerintah kita dan juga wakil rakyat hanya mementingkan diri sendiri dan tidak punya rasa malu. Selama mereka telah kehilangan rasa memiliki budaya bangsa dan malah tertarik budaya asing. Selama mereka lebih mementingkan kemakmuran diri pribadi (korupsi), dan lupa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Tidak ada komentar: