17 Desember 2007

Dilema Guru di Hari Guru


Oleh: Husamah
(Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Malang)

Posisi guru sebagai ujung tombak alias pilar utama menuju kemajuan bangsa telah disepakati sepanjang sejarah. Guru dikenal sebagai aktor dalam proses pemanusiaan dan kemanusiaan. Di pundak guru dibebankan amanat besar yaitu mencetak generasi-generasi bangsa yang maju dan berdaya saing.

Konsekwensinya guru dituntut memiliki keterampilan yang memadai. Tidak hanya asal mengajar di kelas kemudian pulang. Guru tidak hanya sekedar pelengkap sekolah saja. Mereka dituntut untuk berkreasi, mengembangakan ilmunya, dan mencontohkan kesuksesan (prestasi) pada muridnya.

Sayangnya, guru yang ideal tersebut masih jauh api dari panggang. Wajar saja hal itu tidak tercapai, mengingat sistem yang berlaku selama berpuluh-puluh tahun sebelumnya tidak pernah berpihak pada guru. Jangankan untuk meningkatkan kompetensi mengajar, untuk makan saja begitu sulitnya. Alhasil guru justru memilih untuk nyambi ngojek demi mengepulkan asap dapur.

Sebenarnya, kebijakan seperti sertifikasi merupakan solusi yang bijak dikeluarkan birokrasi. Tujuannya jelas untuk meningkatkan taraf hidup kaum Oemar Bakri. Namun, dalam tingkatan implementasinya masih terdapat hal yang perlu ditata. Contoh konkritnya adalah penggunaan sistem portofolio. Ternyata dengan sistem tersebut banyak guru yang menghalalkan segala cara untuk lolos sertifikasi dan mendapatkan tunjangan seperti memalsukan dokumen. Bahkan ada guru yang sengaja memasukkan amplop berisi uang (suap) di dalam berkasnya. Padahal jelas bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan profesionalitas dan kode etik guru.

Selain itu bagi sebagian besar guru, sertifikasi malah menjadi dilema. Bagaimana mungkin guru mampu memenuhi syarat sertifikasi sementara finasial minim. Bagaimana para guru dapat memenuhi standar profesionalisme seperti yang disyaratkan dalam sertifikasi sementara nasib guru sendiri terutama untuk kebutuhan rumah tangganya tak menentu?

Jadilah kenaikan gaji guru dua kali lipat tidak lebih sebagai iming-iming belaka. Toh yang utama dirasakan guru saat ini adalah dengan gaji yang kecil dari pemerintah itu, para guru dipaksa mengajar sembari memenuhi kebutuhan ekonomi yang kian melangit dan tak tersentuh. Hal inilah yang mungkin perlu mendapat perhatian terutama oleh pemerintah.

Biodata Singkat:
Redaktur Buletin Expedition TEB UMM dan Editor Majalah HMJ Biologi UMM
Ketua Forum Diskusi Ilmiah UMM
NIM: 04330058
HP: 085649218214

Tidak ada komentar: