20 Februari 2008

Peristiwa Bandar Betsy


Pelda S. Soedjono Tewas, Kepalanya Dicangkul
oleh: Eko Prasetyo
(wartawan/editor di Jawa Pos, email:prasetyo_pirates@yahoo.co.id)

Pada kurun 1961-1965, banyak terjadi aksi sepihak yang dilakukan oleh ormas di bawah PKI. Di antaranya, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Rakyat (PR), dan Gerwani. Munculnya isu Dewan Jenderal yang diembuskan Politbiro PKI melalui Dr Soebandrio menambah pelik situasi politik saat itu. Ditambah, PKI ingin membentuk Angkatan ke-5 yang langsung ditentang oleh Menpangad Letjen A. Yani. Apalagi, nasakom telanjur dijadikan tameng oleh PKI untuk memuluskan dan menghalalkan segala niatnya.

Terlepas dari masih kaburnya fakta sejarah tentang G 30 S dan keterlibatan tokoh tertentu, kita musti bersyukur bahwa komunis dihancur-ratakan pasca tragedi berdarah pada subuh 1 Oktober 1965. Aksi-aksi sepihak PKI di beberapa daerah banyak menelan korban jiwa. Bahkan, pembunuhan yang mereka lakukan sudah di luar batas kemanusiaan. Salah satunya adalah peristiwa Bandar Betsy di Sumatera Utara.

Pada 14 Juni 1965, Aksi BTI yang menanami secara sepihak di tanah perkebunan karet milik negara, Bandar Betsy, Kab. Simalungun, Sumut, ditegur oleh Pelda S. Soedjono. Soedjono adalah prajurit TNI-AD yang dikaryakan di situ. Namun, sial bagi Soedjono. Dia dituduh, dimaki, dan dicap sebagai tentara nekolim oleh massa BTI dan PR tersebut. Tidak lama kemudian, massa semakin beringas mengeroyok Soedjono. Korban yang akhirnya terjatuh dihujani pukulan dan benda-benda tumpul seperti linggis. Pelda S. Soedjono akhirnya meninggal setelah kepalanya hancur karena dicangkul.

*****

Pasca tragedi berdarah 1 Oktober 1965, ditambah propaganda media massa yang membakar menyudutkan PKI, TNI melakukan gerak cepat menyisir dan melakukan "pembersihan" tanpa sidang terhadap orang-orang yang dituduh sebagai anggota PKI. Tidak kurang dua juta orang yang dianggap PKI dibantai. Ada pula yang hilang tanpa jejak setelah "diambil" oleh TNI. Sungai-sungai sekitar Blitar bau anyir darah. Mayat-mayat berserakan di mana-mana. Dan itu terjadi tidak hanya di Pulau Jawa. Namun, "pembersihan" juga terjadi di luar Jawa. Agaknya, pembalasan terhadap peristiwa Bandar Betsy jauh lebih besar daripada tragedi tersebut.

Apa pun itu, peristiwa Kanigoro di mana Alquran diinjak-injak dan dirobek oleh massa BTI dan PR tidak membuat kita larut dalam dua sisi. Bahwa di situ ada PKI yang mengayomi ormas-ormas seperti BTI, PR, dan Gerwani. Sejarah bisa diputarbalikkan, tapi tidak untuk tertutupi selamanya. Sebab, kebenaran apa pun itu pasti akan terungkap.

Tidak ada komentar: