9 Februari 2008

Pecinta Anggrek, Kita Untung Alam Untung


(dimuat di Harian surya edisi Tuesday, 05 February 2008)
Oleh Husamah
Mahasiswa Magang UMM di Mitra Anggrek Indonesia, Batu
usya_bio@yahoo.


"Indonesia memiliki 5.000 spesies anggrek yang terdaftar dengan rincian 1.327 jenis tumbuh di Pulau Jawa dan selebihnya di luar Jawa."

Jika setiap orang diminta untuk menulis tanaman hias yang diketahui, maka pastilah anggrek (orchid) yang pertama ditulis. Anggrek memang luar biasa dan sangat istimewa. Keindahannya pun bahkan telah menghipnotis manusia sejak 6-7 abad Sebelum Masehi (kira-kira 2.500-3.000 tahun yang lalu).

Keragaman genetika anggrek sangat luas, terdiri atas 25.000 spesies yang tumbuh di berbagai negara tropis dan subtropis. Terdapat pula sekitar 110.000 hibrida atau hasil persilangan baru yang tercatat resmi di Royal Holticultura Society. Setiap tahun diperkirakan lebih dari 3.000 hibrida baru yang dihasilkan oleh penyilangan di seluruh dunia dan didaftarkan.
Indonesia memiliki 5.000 spesies anggrek yang terdaftar dengan rincian 1.327 jenis tumbuh di Pulau Jawa dan selebihnya di luar Jawa. Kekayaan genetik anggrek Indonesia merupakan anugerah besar sebagai salah satu negara tropis yang memiliki kondisi tanah dan agroklimat optimum.

Sampai saat ini semakin banyak kolektor, pengusaha, bahkan penggemar biasa yang berburu spesies anggrek. Sebagian besar dari mereka tanpa pikir panjang membayar anggrek yang disenanginya meskipun harganya selangit.
Eksploitasi anggrek secara berlebihan dari alam bukan mustahil akan menyebabkan kepunahan anggrek. Kenyataan inilah mungkin yang menjadi salah satu alasan munculnya orchidology, sebuah ilmu yang khusus mempelajari tentang anggrek selain juga karena tuntutan eksplorasi dan seirama dengan komersialisasi komoditas anggrek.

Di Indonesia telah dibuat secara khusus kurikulum atau kisi-kisi pembelajaran tentang anggrek. Menurut Untung Santoso, Ketua Pendidikan dan Pelatihan pada Perhimpunan Anggrek Indonesia, hal-hal yang perlu dipelajari menyangkut anggrek adalah sejarah anggrek, sistem penamaan dan klasifikasi, morfologi, fisiologi, persilangan, embriologi, dan sistem perbanyakan.

Hal lain yang juga sangat penting dipelajari menurut pemilik Mitra Anggrek Indonesia (MAI) Junrejo, Batu, ini adalah ekologi, hama dan penyakit, agribisnis dan pengetahuan lain seperti etnobotani, mychoriza, anatomi tumbuhan, dan sitologi. Tentu saja mempelajari pengetahuan anggrek harus disesuaikan dengan kebutuhan, harapan, dan waktu belajar.

MAI merupakan contoh konkrit penerapan orchidology. Lembaga yang beralamat di Jl Hasanudin I/24 Junrejo, Batu, ini didedikasikan khusus untuk pendidikan dan pelatihan anggrek. Lembaga ini pun sekaligus jawaban atas kritikan bahwa para pembudidaya anggrek cenderung merusak alam. Sebaliknya ditegaskan, dengan budidaya anggrek maka kita untung dan alam pun untung. Kita untung karena mendapatkan aspek keindahan dan uang, alam untung karena tidak merusak justru melestarikan anggrek.

Akhirnya, pelajaran dari anggrek ini dapat dipetik bahwa tidak selamanya aspek ekonomi berseberangan dengan konservasi. Tidak selamanya keuntungan yang maksimal harus didapat tanpa mengindahkan aspek keberlanjutan lingkungan.

Tidak ada komentar: