11 Oktober 2009

DNA dan Jejak Kejahatan

(telah dimuat di harian Surya Edisi tgl..September 2009
Oleh: Husamah

(Staf Pengajar Jurusan Pendidikan Biologi UMM)



Tes DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) saat ini menjadi istilah yang menjadi topik pembicaraan favorit. Hal ini disebabkan berbagai kasus besar yang terjadi belakangan ini di Indonesia, sebut saja aksi terorisme dengan cara pengeboman, kasus kriminal kelas berat berupa mutilasi, dan masalah rumah tangga artis.

Pelaku Bom Bali pada tahun 2002 sampai dengan bom Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton terungkap akibat data valid tes DNA yang dilakukan aparat penegak keamanan dalam hal ini polisi. Para korban pembunuhan berantai 11 orang yang dilakukan oleh Ryan Sang Penjagal Jombang dapat di identifikasi akibat tes DNA. bahkan kasus yang menimpa dua selebriti Indonesia, Rahma Azhari dan Mayangsari, di mana keduanya diminta keluarga untuk melakukan tes DNA untuk mengetahui ayah genetis dari anak-anak yang mereka lahirkan dapat terselesaikan akibat tes DNA pula.

Berbagai contoh kasus di atas menunjukkan bahwa tes DNA telah menjadi pilihan favorit bahkan solusi terhadap berbagai kasus rumit terutama berkaitan dengan identitas manusia. Bayangkan jika polisi harus mengidentifikasi identitas korban/mayat secara fisik ataupun biometri padahal kondisi tubuh mayat yang telah rusak atau hancur. Sayangnya, masyarakat umum masih jarang yang mengerti dengan jelas tentang apa dan bagaimana tes DNA tersebut, meskipun ia lazim diucapkan.

Bagaimana DNA dapat mengungkap jejak kejahatan atau mengungkap identitas seseorang? Berbagai literatur menjelaskan bahwa tes DNA adalah metode untuk mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri. Atau secara sederhananya adalah metode untuk mengidentifikasi, menghimpun dan menginventarisir file-file khas karakter tubuh.

DNA merupakan materi genetik yang bisa kita temukan dalam inti sel mahluk hidup (nukleus). Pada mamalia, termasuk manusia, rantai DNA berbentuk struktur kelompok yang disebut kromosom. Dengan pengecualian orang yang kembar, DNA setiap orang pasti berbeda dan unik.

DNA merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit dan sifat-sifat khusus dari manusia. DNA ini akan menjadi cetak biru (blue print) ciri khas manusia yang dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya. Sehingga dalam tubuh seorang anak komposisi DNA-nya sama dengan tipe DNA yang diturunkan dari orang tuanya.

Metode tes DNA yang umum digunakan di dunia, masih menggunakan metode konvensional yaitu elektroforesis DNA. Sampel kemudian ditandai dengan film X-Ray, dimana kemudian sampel DNA yang sedang diuji akan menunjukkan pola garis-garis hitam (jejak DNA).

Sedangkan metode tes DNA yang terbaru adalah dengan menggunakan kemampuan partikel emas berukuran nano untuk berikatan dengan DNA. Metode ini ditemukan oleh dua orang ilmuwan Amerika Serikat yaitu Huixiang Li dan Lewis Rothberg. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode konvensional adalah pada kecepatan dan harganya yang jauh lebih cepat dan murah dibandingkan metode elektroforesis DNA. Tetapi karena metode ini masih tergolong baru, sehingga sampai sekarang belum dapat memanfaatkan fasilitas tersebut.

Pertanyaannya, apakah tes DNA sudah pasti akurat? Menurut Pratiwi (2008) tes DNA yang dilakukan oleh penguji belum tentu akurat 100%. Para penguji yang benar-benar ahli dan berpengalaman dalam bidang ini selama bertahun-tahun mungkin akan meminimalisir human error saat pembacaan hasil. Namun, selama tes dilakukan sesuai Standard Of Procedur yang ada dan melalui Quality Control yang baku, tingkat akurasi tes akan lebih baik dan merepresentasikan keadaan yang sebenarnya. Wallaahua’lam bisshowab.

Sumber foto:http://news.bbc.co.uk/hi/english/static/in_depth/sci_tech/2000/human_genome/stage_1.stm

Tidak ada komentar: