27 Desember 2007

Lingkungan Hidup, Menyelamatkan Penyu Pantai Panggul




Dimuat di Harian Surya Edisi Thursday, 27 December 2007

Oleh
Husamah
Aktivis Tim Ekspedisi Biokonservasi UMM
usya_bio@yahoo.com


Telah teridentifikasi adanya penangkapan penyu untuk dikonsumsi dan penjualan karapak penyu sebagai hiasan atau suvenir.

Penyu merupakan hewan purba yang masih tersisa dan konservasi penyu adalah harga mutlak. Di Jawa Timur, dua kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi Taman Nasional Meru Betiri dan Taman Nasional Alas Purwo, keduanya berada di Banyuwangi.

Dengan mengandalkan konservasi penyu hanya pada kedua taman nasional tersebut, rasanya sangat mustahil jika melihat laju penurunan populasi penyu di Indonesia khususnya di Jawa Timur. Hasil penelitian Nuitja (1997) saja telah menunjukkan sekitar 15.000 sampai 21.000 penyu setiap tahunnya ditangkap dan dibawa ke Bali untuk memenuhi kebutuhan pasar. Besar kemungkinan sebagian dari jumlah yang besar itu ditangkap didua taman nasional tersebut. Dari hasil pengamatan Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB) dari tahun 2001-2006 telah terjadi pencurian telur penyu di Taman Nasional Meru Betiri.

Kawasan baru yang sangat potensial untuk konservasi penyu adalah Pantai Selatan Jawa Timur. Di sepanjang aliran sungai yang bermuara ke pantai tidak teridentifikasi pencemaran yang berat, berbeda dengan pantai di sebelah utara. Berdasarkan hasil studi Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang bekerja sama dengan TEB-UMM tahun 2005, Pantai Panggul, Kabupaten Trenggalek memiliki pantai berpasir yang cukup panjang menghadap ke Samudera Hindia. Ekosistem laut sebagai tempat mencari makan penyu sangat mendukung. Di pantai tersebut terdapat sebuah muara sungai. Selama ini, pantai yang memiliki tiga pantai berpasir yang sangat luas yaitu Jokerto, Konang, dan Pelang, belum menjadi kawasan konsevasi penyu

Penyu-penyu yang teridentifikasi di Pantai Panggul Kabupaten Trenggalek adalah penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eromochelis imbricata), penyu slengkrah (Lepidochelis olivacea), dan penyu belimbing (Dermochelys coriace). Ini berarti empat dari tujuh spesies penyu dunia mendarat dan bertelur di Pantai Panggul. Jumlah penyu yang mendarat dan bertelur di kawasan tersebut tidak kalah banyak dengan dua kawasan taman nasional di Jawa Timur.

Sayangnya telah terdapat data awal tentang penangkapan penyu oleh masyarakat di Pantai tersebut. Telah teridentifikasi adanya penangkapan penyu untuk dikonsumsi dan penjualan karapak penyu sebagai hiasan atau suvenir. Kondisi ini semakin memperihatinkan manakala tidak adanya respons dari pemerintah daerah. LSM lingkungan pun ternyata tidak pernah menanggapi persoalan ini.

Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya serta Undang-undang No 9 tahun 1985 tentang perikanan tidak pernah berlaku. Hal ini pun berlaku sama pada Surat Keputusan Menteri No 327/Kpts/um/5/1978, tentang perlindungan penyu lekang dan tempayan dan Surat Keputusan Menteri No 716/Kpts/um/10/1980 tentang perlindungan penyu sisik dan pipih.

Ada beberapa faktor setidaknya yang perlu diperhatikan dalam menyukseskan konservasi penyu di Panatai Panggul, Trenggalek. Pertama, peningkatan pendidikan konservasi pada masyarakat pesisir. Hal ini sudah dirintis TEB UMM dan PSLK dengan masyarakat setempat. Konservasi penyu akan sangat bergantung pada pengertian masyarakat terhadap manfaat yang diperoleh dengan konservasi. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan melibatkan semua komponen, baik itu masyarakat yang terlibat langsung dengan perburuan penyu dan pengumpulan telur, pedagang produk penyu serta otoritas setempat sebagai pengambil kebijakan.

Kedua, meningkatkan mutu aspek wisata (ecotourism) yang memiliki dua keuntungan yaitu ekonomi dan konservasi. Pengembangan wisata berbasis ekologi akan menjadi solusi efektif karena jika hanya menyuruh masyarakat menghentikan kegiatan perburuan penyu berarti telah membutuh kehidupan mereka.

Ketiga, kemitraan dengan lembaga-lembaga donor dan perguruan tinggi. Lembaga-lembaga donor menjadi pendukung keberlangsungan konservasi dari segi pendanaan sedangkan perguruan tinggi menjadi penyedia sumber daya manusia.
Melalui sinergi ketiga faktor tersebut, masa depan penyu di pantai Panggul akan lebih cerah. Mengurangi perburuan penyu secara liar berarti mencegah populasi penyu secara alamiah mendekati nol.

20 Desember 2007

Hak Anak, Mencari Kota Layak Anak



(Dimuat Di Harian Surya (kolom Citizen Journalism) Wednesday, 19 December 2007)

Oleh
Husamah
Mahasiswa Biologi Unmuh Malang
usya_bio@yahoo.com


Kota kebanyakan berkembang dengan mengabaikan kepentingan sosial budaya masyarakat, sekaligus cenderung merusak keseimbangan ekosistem. Banyak orang yang tidak mengerti tentang kota layak anak (KLA). KLA adalah kota yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kota. Kota harus menciptakan lingkungan yang kondusif agar anak dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal.

Marjinalisasi hak anak bisa dilihat dari semakin hilangnya lahan bermain anak. Tak terwujudnya sebuah taman bermain di setiap wilayah bahkan hanya sebatas tingkat kelurahan. Tahun 2006, Jatim menjadi pilot project penerapan KLA. Jelas tidak mudah karena dengan penerapan KLA maka kebijakan pemerintah daerah harus pro-anak.

Inilah momen untuk menunjukkan posisi pemerintah. Apakah berpihak kepada masyarakat dalam hal ini anak beserta keluarganya ataukah berpihak kepada pemilik modal dan kekuasaan. Tentunya sangat krusial karena dunia telah sepakat sepakat bahwa anak merupakan aset masa depan.

Pengakuan itu bahkan telah ditetapkan oleh PBB yang tertuang dalam Konvensi Hak Anak dan diratifikasi oleh Indonesia sehingga lahirlah UU No 23/2002 tentang Perlindungan Anak.

Agar "mimpi" KLA dapat terwujud di Jatim dan tidak hanya sebatas utopia maka harus dilakukan promosi hidup sehat. Ini bisa melalui upaya kebersihan lingkungan kota, sekolah, dan pemukiman. Namun inti yang paling penting adalah pengubahan orientasi pembangunan kota yang nyatanya masih memanjakan nafsu primitif. Jangan hanya mengedepankan booming economy tetapi lebih pada penciptaan kota yang manusiawi (humanopolis) dan kota yang bersahabat dengan lingkungan (ecopolis).

Prof Ir eko Budiharjo Msc dalam pengantar buku Kota dan Lingkungan (LP3ES, 2003) menyatakan di lapangan menunjukkan kota kebanyakan berkembang dengan mengabaikan kepentingan sosial budaya masyarakat, sekaligus cenderung merusak keseimbangan ekosistem. Kondisi ini diperparah manakala ruang publik dikuasai oleh segelintir kelompok elite yang seolah menjadi hak prerogatif kaum berpunya semata seperti membangun pusat perbelanjaan.

Penyediaan pendidikan berkualitas dapat dilakukan dengan penyediaan anggaran sesuai amanat UUD 1945. Agar pendidikan dapat dinikmati oleh semua kalangan, termasuk si miskin, maka pendidikan murah bahkan gratis mutlak diperlukan. Sarana dan prasarana memadai harus pula diperhatikan.

Dengan terlaksananya dua amanat tersebut besar kemungkinan masa depan kota-kota Jawa Timur tidak akan menjadi kota-kota yang menyedihkan atau menyengsarakan bagi anak dan kita semua.

Islam dan Kearifan Lingkungan




(Dimuat di Koran Kompas Jawa Timur Edisi Friday September 30, 2005)

Oleh: Drs. Wahyu Prihanta,M.Kes* dan Husamah**


Seperti tahun-tahun sebelumnya, kobaran api kembali
melahap berjuta-juta hektar hutan dan lahan di
beberapa pulau Indonesia. Daerah yang terbakar jumlah
masih akan terus bertambah karena beberapa bulan
kedepan di Indonesia memasuki musim kemarau. Dapat
dihitung berapa besarnya kerugian yang diderita baik
nyawa, kehilangan harta, kehilangan pekerjaan dan
kesehatan. Dampak lain lagi, negara-negara jiran
seperti Malaysia, Singapura dan Brunei berang karena
wilayahnya terserang kabut “kiriman” sehingga otomatis
kegiatan belajar mengajar diliburkan bahkan sampai
mengganggu aktivitas penerbangan.

Kerugian akibat lahapan si jago merah tahun ini bisa
jadi akan menyamai rekor tahun 1997/98 lalu.
Kesimpulan ini semata-mata karena indikasi bagaimana
lambannya penanganan kebakaran hutan sekaligus
banyaknya masyarakat “tak berwawasan” yang mebuka
lahan secara sembarangan. Tidak pernah disangka bahwa
hampir 20 juta orang yang ada di kawasan Asia Tenggara
terkena dampaknya. Menurut laporan analisa Tacconi
(2003) kerugian materi disebabkan kebakaran tahun
1997/98 senilai1,62-2,7 miliar dollar AS. Tentu saja
angka ini belum termasuk dengan hancurnya
keanekaragaman hayati yang melanda 17 kawasan lindung
dan taman nasional yang angka kerugiannya pasti tak
terhitung. Sayangnya dampak ekologis yang disebabkan
kebakaran hutan seringkali tidak pernah
diperhitungkan. Saat api memuncak maka sebuah
ekosistem dan tentu mata rantainya akan hancur. Hewan
liar termasuk binatang langka yang dilindungi ikut
punah terbakar (Fachruddin, 2005).

Data di atas sebenarnya hanya kita hitung dari akibat
kebakaran hutan. Faktanya, selain kebakaran faktor
lain yang sangat berpengaruh terhadap degradasi
keanekaragaman hayati kita adalah pertambangan liar,
penebangan liar (illegal logging) dan perburuan liar
didarat serta penangkapan ikan dengan menggunakan
bahan kimia atau bahan peledak di laut. Terumbu karang
yang menjadi rumah makhluk hidup laut musnah,
anak-anak ikan ikut mati.

Ironis dan memalukan sekali sebab Indonesia dengan
penduduk Muslim terbesar di dunia “mulai, telah, dan
terus” mencatat sejarah kehancuran alamnya. Pastilah
dalam benak kita sebagai orang yang mau berfikir
muncul perasaan penasaran. Apakah Islam memberikan
cara pandang yang salah terhadap persoalan lingkungan?

Inilah sebenarnya perlu kita renungi. Syariat Islam
yang tertuang dalam Kitabullah Al-Qur’an dan Sunnah
shahih Nabi sebenarnya tidak hanya menyuruh manusia
untuk semata-mata sholat, puasa, zakat dan haji. Ada
wilayah lain yang telah dititipkan bahkan diamanatkan
oleh Allah Swt yaitu kelestarian alam (konservasi).
Dikotomi bahwa untuk menjadi orang yang “saleh” harus
meninggalkan urusan keduniaan yang fana karena tidak
ada pertalian dengan alam ukhrawi telah membawa
bencana bagi bumi. Padahal syariat yang diwariskan
melingkupi setiap jengkal kehidupan muslim.

Allah Yang Maha Kuasa menyediakan alam dan isinya yang
harmonis sejalan dengan keseimbangan ekosistem yang
telah terjadi secara alamiah. Manusia dilarang untuk
merusak anugerah ini sesuai dengan firman-Nya.

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi
sesudah Allah memperbaikinya. Dan berdo’alah
kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang
berbuat baik.”(Q.S. Al-A’raf,(7):30)

Dominasi manusia terhadap alam memang menjadi suatu
fitrah. Oleh karenanya sebagai penangkal terhadap
terjadinya berbagai penyimpangan, kekuasaan dominan
itu manusia harus mempunyai garis pembatas yang jelas
berupa tangung jawab. Amanat berupa tanggung jawab
manusia menjaga kelangsungan hidup makhluk itulah
kiranya yang mendasari Rasulullah SAW untuk
mencadangkan lahan-lahan yang masih asli (hima). Nabi
pun memeberikan teladan yang baik untuk tidak membunuh
binatang dengan cara menganiaya, berburu binatang
dengan cara yang tidak semestinya, bahkan mengharamkan
hewan sebagai sasaran permainan (hadist riwayat
Muslim).Keteladanan ini telah Islam contohkan satu
setengah abad yang lalu.

Penting juga untuk disadari bahwa para ahli hukum
Islam (fuqaha) telah menghasilkan sistem yang
dituangkan dalam jurisprudensi Islam yang dikenal
dengan fiqh dalam memelihara kelestarian lingkungan.
Umat Islam di dunia pada umumnya dan Indonesia
khususnya telah diwarisi khasanah keadilan Syariat
Islam (hukum Islam) dalam menata lingkungan dan
ekosistem di bumi. Islam dengan konsep rakhmatan
lil’alamin tentu mencakup segala aspek kehidupan
termasuk kelestarian lingkungan hidupnya.

Penataan ekosistem dan perilaku manusia harus
dilandasi dengan adanya empat pilar-sebagaimana
menurut Fachruddin Manunjaya (2003)- yang dapat
digambarkan menjadi akar semua pemecahan masalah
ekologi secara Islami. Pertama, pemahaman Tauhid
berarti memberikan toleransi dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada ciptaan Allah. Dengan
demikian manusia akan sadar dengan tanggung jawabnya
atas konservasi lingkungan. Kedua, khilafah adalah
salah satu sarana strategis dalam penataan dan
pemeliharaan lingkungan. Penyelenggaraan khilafah ini
harus berlaku seadil-adilnya, termasuk dalam penegakan
hukum dan penataan sumber daya alam. Ketiga, istishlah
atau mementingkan kemaslahatan umat merupakan salah
satu syarat dalam pertimbangan memelihara lingkungan.
Kepentingan ini harus berlangsung untuk hari ini dan
masa mendatang. Keempat, halal-haram berarti
hukum-hukum yang akan mengendalikan perilaku manusia
agar tidak merusak tatanan teratur dalam ekosistem dan
tata kehidupan masyarakat.

Akhirnya tibalah pada kesimpulan yang tegas bahwa
Islam memiliki rambu-rambu yang jelas mengenai
penangan sekaligus konservasi alam. Manusia dengan
kelebihan dari makhluk lain berupa akal memiliki andil
besar untuk menjaga kesinambungan alam. Bencana alam
berupa banjir bandang, kebakaran hutan dan ladang,
tanah longsor, pencemaran udara, tanah dan air, laut
sekaligus kepunahan (threatened to extiction) dan
kelangkaan (endangered species) adalah manifestasi
janji Allah Swt dalam Al-Qur’an ( Yunus: 100). Allah
akan menimpakan kemurkaan terhadap orang-orang yang
tidak mau menggunakan akalnya.

Sesungguhnya Allah Swt telah memetakan dan
menggambarkan akibat dari kedurhakaan manusia terhadap
syariat. Manusia hanya bisa menguras dan menggali isi
bumi tanpa menyadari disana berlaku rambu-rambu
“sunnatullah”. Bencana adalah akibat ulah campur
tangan manusia.

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut
(disebabkan) karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang
benar)”. (Ar-Ruum(30):44)

*Drs. Wahyu Prihanta, M.Kes.

Kepala Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) dan Peneliti pada Tim Ekspedisi Biokonservasi -FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang


**Husamah


Peneliti Muda Tim Ekspedisi Biokonservasi (TEB)

17 Desember 2007

Menguak Keajaiban Cinta Menulis*


(Disampaikan dalam Diklat Jurnalitik LPM Persona Fak Psikologi UMM 15 Desember 2007)

Oleh: Husamah

Pengantar
“Kadang saya bingung untuk memulai menulis, banyak yang ingin di tulis tapi tidak tahu dari mana dan setelah menulis kadang terbit perasaan bahwa tulisan yang sedang saya tulis tidak bagus. Dan kembali diedit lagi sehingga penulisan sering tidak selesai. Terus terang saya ingin bisa menulis seperti penulis yang hebat, sepertinya tulisan itu mengalir lancar seperti tidak pernah habis kata-kata untuk ditulis serta enak untuk dibacanya.” (Dikutip dan diolah dari http://www.pulauseribujakarta.blogspot.com/). “

Barangkali, contoh kutipan di atas mewakili diri anda. Jika itu betul, maka izinkan saya mengucapkan selamat buat anda. Mengapa? Sebentar lagi anda akan menjadi penulis bahkan penulis yang terkenal. Harapan saya, anda bukan sosok calon penulis penakut, pecundang atau tak bernyali. Media seperti Koran dan majalah sering dianggap sosok menakutkan alias monster. Begitu banyak calon penulis putus asa dan kecut nyali setelah naskah yang telah diketik dan dikirim ternyata tidak dimuat oleh media. Ironisnya terkadang ada yang membenci media (atau juga dunia tulis menulis?). Merekalah orang yang biasanya dijuluki penulis bernyali kecil.
Satu hal yang menjadi tujuan artikel ini adalah sedikit memberi rambu-rambu, agar anda dapat melaju dalam dunia tulis-menulis tanpa hambatan. Andaipun ada hambatan, harapannya itu memang hambatan logis-rasional, bukan hambatan konyol atau malah dibuat-buat. Beberapa hal minimal akan coba diuraikan dalam artikel ini, tentunya melalui kacamata saya sebagai penulis pemula pula.

Bisa dan Cinta
Kazuo Murikami, peneliti dan penulis produktif asal Jepang, peraih beberapa award, dalam bukunya Tuhan dalam Gen Kita (Mizan, 2007) menyimpulkan bahwa kekuatan hati dan pikiran adalah kunci utama. Jika anda yakin akan sembuh, maka dapat dipastikan 50% anda akan sembuh, tinggal anda berusaha untuk berobat. Jika anda ber-positive thinking bahwa ada akan menang, maka 50% anda akan menang. Yakin bisa, anda akan bisa. Sebaliknya, jika anda berfikiran gagal, dapat dipastikan bahwa kegagalan yang anda temui. Dr. Joseph Murphy, dalam The Power of Your Subconcious Mind (Dahara Prize, 2003) menegaskan, Ide/perasaan sukses berisi semua elemen “sukses”. Ulangi kata “sukses” kepada anda sendiri dengan penuh keyakinan. Dan anda akan meraih sukses.
Inilah kekuatan utama dalam menulis. Percayakah bahwa begitu banyak artikel opini, resensi, cerpen yang temanya itu-itu saja atau bahkan jelek? Tapi mengapa bisa dimuat? Padahal menurut standar anda itu selera rendah dan tidak layak. Ya, satu masalah inti, mereka terlebih dulu sadar bahwa mereka bisa, menulis dan mengirimkan tulisannya, sementara anda masih melamun, masih ragu dan belum berani bermain dengan jari-jemari anda untuk mulai mengetik huruf demi huruf menjadi kata, kalimat dan paragraf.
Jika orang lain bisa, mengapa anda tidak? Anda telah kalah start. Akan semakin kalah start jika tidak mulai menyalakan mesin semangat anda dan menarik gas ide, selanjutnya melayang dengan bulu huruf dan sayap kata-kata. Menulis bukanlah bakat. Semua orang bisa menulis. Tidak ada yang dilahirkan langsung bisa menulis. Dari TK-Perguruan Tinggi, pekerjaan/aktivitas kita sama, merangkai kata-kata. Sayangnya, belum terpikir untuk menuju ke arah produktif menghasilkan.
Selanjutnya, jika kata “bisa” telah anda kuasai, bangkitkanlah rasa cinta menulis. Mengapa harus cinta? Seorang bijak pernah berkata, semua sendi kehidupan akan tumbuh bila ada satu kata yang tak pernah lekang oleh waktu. Sebuah kata yang mampu membuat kehidupan menjadi berarti. Lima huruf  yang membentuk menjadi kata CINTA.  Cinta memang tak selamanya mulus seperti yang di inginkan, kadang untuk mendapatkan yang di harapkan seseorang harus berusaha keras mengorbankan hatinya, menangis pedih atau bahkan mesti meninggalkan segalanya.
Saya akan mencoba membawa kekuatan cintanya Abdul Mujib (Risalah Cinta, Srigunting, 2002) ini dalam dunia tulis menulis. Cinta menulis memang tak selamanya mulus. Penuh tragedi, yang berbentuk perjuangan, pengorbanan, dan penderitaan. Tanpa tragedi tulisan ditolak, membagi waktu, memaksa diri, menyisakan dana untuk mengetik dan mengirimkan, perasaan cinta menulis kurang membekas, kurang mendalam dan kurang berpengalaman. Para petualang cinta menulis merasakan keasyikan cinta menulis tatkala banyak menghadapi rintangan dan tantangan. Semakin kuat rintangan maka semakin kuat pula daya juang untuk menggapainya. Cinta menulis yang tanpa tragedy mengakibatkan kecengengan kemanjaan, dan mudah pecah. Makin mampu melampaui tragedy makin utuh percintaanya.

Bagaimana Saya Menulis
Secara ringkas proses menulis adalah:

Mencari ide
Mengolah Ide
Menentukan Tema
Membuat Kerangka
Menulis
Menentukan Judul
Lakukan Editing
Mengirimkan Tulisan


Mencari Ide

Sebenarnya, disekitar kita bertebaran ide. Namun karena tida peka, kita terkadang melewatkannya. Mulai sekarang, sempatkan diri anda untuk membaca lebih banyak. Sediakan waktu khusus untuk membaca, sedikitnya 30 menit sehari. Bacalah apa saja!! Majalah, Koran, buku, bulletin, selebaran, jurnal, novel, roman, ataupun sastra.
Cobalaah membaca (memperhatikan) kejadian yang terjadi di sekitar anda. Semua yang anda baca bisa menjadi ide. Berjalan-jalanlah, perhatikan lingkungan sekitar anda. Kegiatan ini bisa mendatangkan ide.

Mengolah ide

Merenunglah, karena dengan merenung akan membiarkan pikiran liar anda mengembara ke mana-mana untuk memikirkan ide dibenak anda. Merenung tidak sama dengan melamun. Merenung merupakan proses berpikir dengan tujuan tertentu, sedangkan melamun identik dengan berkhayal tanpa tujuan jelas. Merenung sama saja dengan mempertimbangkan sistematika penulisan, analisis, data, dan teori yang diperlukan. Hal ini penting dilakukan, mengingat apa yang akan dituliskan biasanya belum focus, sehingga membutuhkan pertimbangan dan data-data tertentu.

Menentukan Tema
Dari ide yang diolah, bisa dimunculkan beberapa tema. Tetapi sesuai dengan kemampuan data dan teori yang berhasil didapatkan. Anda harus menentukan tema apa yang diangkat untuk dituangkan menjadi sebuah artikel.

Membuat Kerangka
Pembuatan keraangka tulisan akan membantu anda saat mulai menulis agar tulisan lebih focus, sistematis, dan tidak bertele-tele. Seperti membangun sebuah kerangka bangunan, mulai pondasi, kemudian kolom-kolom beton, serta kerangka atap. Sehingga tinggal menata batu bata untuk tembok, dan genteng. Supaya mudah masuk harus disiapkan pintu, supaya kelihatan indah tebok harus dipelur dan dicat. Demikian juga menulis.

Menulis

Setelah kerangka anda siapkan, tinggal mencari waktu kapan mulai menulis. Menulis adakalanya akan lebih bagus ketika menunggu sedang mood (suasana hati cocok). Tulislah apa adanya. Mengalir saja seperti menulis diary. Data-data yang belum lengkap biarkan saja, tidak perlu meninggalkan computer hanya untuk mencari data, karena akan memutuskan aliran ide.
Sesuatu yang sangat penting dalam sebuah artikel adalah paragraph pembuka, merupakan selling point dari sebuah artikel. Ada empat jenis paragraph pembuka, 1) menggunakan pertanyaan, 2) menggunakan statemen, 3) menggunakan pemaparan dan 4) menggunakan cuplikan.

Kekuatan tulisan juga terletak pada. Data bisa berbentuk kata-kata (kualitatif) maupun kuantitatif. Data dan teori bisa anda dapatkan dari berbagai media atau buku-buku yang telah anda koleksi. Tetapi dengan kemudahan teknologi, andaaa pun hanya tinggal memasukan kata kunci pada yahoo dan google. Jangan lupa, cari data yang terbaru dan relevan dengan tema yang anda angkat.

Menentukan Judul
Judul, juga salah satu daya tarik yang cukup menentukan sebuah artikel layak dimuat atau terpaksa harus dimasukkan ke mesin penghancur kertas atau di-delete dari inbox e-mail. Judul yang baik biasanya terdiri dari 4-6 kata. Terkadang ada yang hanya 1-3. Sangat jarang judul lebih dari 6 kata.

Lakukan Editing

Setelah selesai menulis, bacalah kembali tulisan anda sampai selesai. Saat anda menulis, pikiran mungkin terasa overload, panas. Siapa tahu ada ide yang terlewat, kalimat rancu, kuraaang data, salah ketik, dan sebagainya. Biasanya yang saya lakukan adalah mengendapkan dulu pikiran beberapa saat dengan minum kopi, teh atau air putih. Setelah pikiran fresh maka lakukan editing.

Mengirimkan tulisan
Jika anda menganggap bahwa tulisan tersebut sudah final, silahkan kirim artikel anda ke redaksi via e-mail. Jangan pakai pos (sudah tidak zaman!!). e-mail sangat efektif karena lebih instant, pasti sampai dan bisa jadi lebih murah, kalau layak muat redaksi pun tinggal meng-copy paste saja. Bayangkan jika lewat post, lebih lama, ada kemungkinan telat dan kesasar, dan mungkin lebih mahal. Bijaknya, anda harus tahu alamat e-mail masing-masing media.

Beberapa Rekomendasi Penting
a.Mengatasi Kemacetan Menulis
Dalam menulis, apalagi penulis pemula tentunya tentunya akan menjumpai momok kemacetan. Berikut ini solusi/trik menghadapi maslah tersebut. Trik ini diambil dari situs Pembelajar.com, dan pengalaman pribadi atau mungkin saya telah mulai mengamalkan ajaran ini. Seperti kata editornya, saya yakin sebagian besar di antara cara-cara yang akan saya paparkan di bawah ini mungkin sudah pernah Anda coba. Atau, mungkin malah sudah merupakan bagian dari cara anda mengatasi kemacetan.
1.Berhentilah dan lakukan relaksasi. Ketika mulai penat dan kebingungan meneruskan proses penulisan, berhentilah sejenak. Tinggalkan computer atau laptop dan langsung saja mencoba relaksasi. Relaksasi tidak harus seperti orang bermeditasi, tapi bisa saja hanya jalan-jalan mengelilingi ruangan, cari angin di depan rumah/kost, membasuh muka, mendengarkan instrumen musik yang lembut. Pada saat yang sama, saya terus berusaha menenangkan diri atau kalau bisa mengosongkan pikiran. Biasanya, setelah pikiran relatif lebih relaks dan mendapatkan kesegaran, tanpa disengaja pun bisa muncul ide-ide dan semangat baru untuk melanjutkan proses penulisan.
2.Berhenti dan mainkan game apa saja. Ini sebenarnya untuk mengatasi kelelahan dan kebosanan saat menulis. Ada kalanya ketika macet lalu main game di computer/laptop, tiba-tiba justru muncul ide-ide baru yang menarik. Kalau sudah begitu, cepat-cepat selesaikan permainan dan segera menuliskan ide tersebut. Intinya, alihkan perhatian atau ambil jarak sejenak dengan proses penulisan. Tapi, hati-hati juga kalau sampai keterusan main game.
3.Bongkar bank ide dan tulislah apa saja. Apabila yang muncul baru sejenis kebosanan atau rasa penat, berhentilah sejenak, lalu melihat-lihat bank tema, daftar ide judul buku/Koran/artikel yang saya kumpulkan. Kadang dengan melihat-lihat bank ide tersebut, jadi berminat menuliskan sesuatu. Tak jarang, dari situ malah muncul ide-ide yang lebih fresh. Dan, sering pula proses tersebut mendorong untuk kembali dalam proses penulisan yang sempat terhenti sejenak.
4.Buat kotak sampah tulisan. Adakalanya kemacetan disebabkan oleh suatu kalimat, konsep, kasus, contoh, bab, subbab, atau hanya suatu paragraf yang sulit dikembangkan lagi atau diuntai dengan paragraf-paragraf berikutnya. Ketika akan dibuang, kita merasa sayang, karena mungkin itu merupakan gagasan genuine. Tetapi, bila tidak dibuang, gagasan itu malah jadi biang kemacetan. Menghadapi situasi ini, sediakan “kotak sampah ide” untuk mengenyahkan sementara bagian-bagian yang menjadi penyebab kemacetan. Sebelum tulisan selesai, bagian ini tidak perlu di-delete. Siapa tahu, kita masih bisa mendaur ulang gagasan-gagasan tersebut?
5.Keluar rumah dan bicaralah dengan siapa saja. Ini cara yang paling umum, yaitu keluar rumah dan menjumpai rekan-rekan yang kurang lebih punya minat sama. Kita bisa ketemu mereka di toko buku, mal-mal, kafe, ajang pameran dan diskusi buku, atau cukup ngobrol sejenak dengan tetangga sebelah. Dalam kesempatan ngobrol santai semacam ini, saya suka iseng bertanya kepada mereka soal bagaimana cara mengatasi kebosanan atau kemacetan menulis. Biasanya, mereka jadi antusias bercerita, sementara saya pun ketambahan banyak ide baru. Sama-sama menyenangkan, bukan?
6.Baca lagi artikel-artikel atau buku-buku penulisan yang memotivasi. Untuk artikel-artikel yang memotivasi, kita bisa dapatkan di situs-situs penulisan atau situs penerbit buku. Sementara untuk buku penulisan, misalnya Aku Bisa Nulis Cerpen (Joni Ariadinata, GIP, 2006), Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah? (Hasyim Ashari, Pinus, 2007), Menaklukkan Redaktur (Lasa HS, Pinus, 2006) dan lainnya. Menurut mereka menulis itu gampang sekali. Nah, karena ide-ide mereka yang serba gampang itu, kita pun jadi ikut-ikutan merasa bahwa menulis itu memang gampang. Proses menulis memang harus dibuat gampang, bukan malah dipersulit. Kalau pikiran terus-menerus disugesti bahwa menulis itu gampang, yakin saja, menulis bisa jadi gampang beneran.
7.Baca wawancara-wawancara penulis sukses. Ini salah satu cara memotivasi proses penulisan. Bila ingin lebih mengenal gagasan penulis tertentu, dengan kecanggihan teknologi tinggal mencari wawancara media si penulis melalui mesin pencari Google atau Yahoo. Sambil membaca, teruslah memotivasi diri, bahwa kalau orang lain bisa berhasil, saya pun pasti bisa. Percayalah selalu, ada satu atau dua kalimat dari para penulis sukses tersebut yang menginspirasi dan memicu semanga untuk melanjutkan proses penulisan.
8.Bertegur sapa dengan penulis-motivator. Selain untuk menghilangkan kejenuhan dan kemacetan, cara ini juga ampuh untuk menaikkan motivasi yang lagi turun. Penulis motivator adalah para penulis yang bisa memberikan inspirasi, dorongan, dan semangat kepada penulis-penulis lain untuk terus berkarya serta lebih produktif lagi. Hanya dengan mengirimkan e-mail atau SMS, serta mendapatkan sepatah dua patah kata yang membesarkan hati, maka semangat bisa timbul lagi. Dengan membaca ulang kalimat tersebut, SMS, atau e-mail mereka, semangat menulis naik lagi.
9.Mimpikan sukses dalam dunia penulisan. Kalau pikiran lagi sulit diajak bekerja dan susah diajak memproduksi gagasan-gagasan bagus, maka ajak saja bermimpi yang enak-enak. Bayangkan betapa enaknya bisa jadi penulis sukses secara finansial macam JK Rowling (Harry Potter), Dan Brown, John Grisham, Robert Kiyosaki, atau Ari Ginanjar, dll. Sambil bermimpi dan membuai diri seperti itu, juga selipkan pertanyaan gugatan, “Apa yang sudah kamu lakukan untuk bisa seperti mereka?!”
10.Bergabung dan aktiflah dalam forum atau komunitas penulisan serta buatlah blog. Banyak forum bisa menjadi sumber inspirasi maupun pemelihara motivasi menulis, seperti pameran buku, acara diskusi atau bedah buku, seminar atau pelatihan menulis.

b.Buatlah Blog/Website
Komunitas maya merupakan ajang untuk menjalin network dan berbagi informasi yang nantinya pasti amat kita butuhkan. Dengan blog, anda bisa mengembangkan kebiasaa menulis anda. Apapun yang anda tulis, pasti akan dimuat. Bahkan bisa jadi akan dibaca dan direspon oleh orang lain. Pendek kata, ini bisa menjadi pelecut semangat anda untuk terus menulis.
Anda bisa memiliki blog gratis di blog spot (silahkan membuka www.blogger.com). Anda akan dituntun membuat blog (bahasa Indonesia), syaratnya anda harus punya alamat e-mail. Anda juga dapat menggunakan multiply (www.multiply.com) atau wordpress (www.wordpress.com). Selamat mencoba!!!


c.Miliki Daftar Penerbit/Media


Alamat e-mail Beberapa Media Daerah/Nasional Yang Menunggu Tulisan Anda

No Media Massa E-mail
1 Jawa Pos editor@jawapos.co.id
2 Surya surya1@padinet.com,
opini@suryagroups.com
redaksi@surya.co.id
3 Kompas kompas@kompas.com;
opini@kompas.com
Kompas Jawa Timur kompas@sby.dnet.net.id

4 Republika secretariat@republika.co.id
5 Media Indonesia redaksi@mediaindonesia.co.id
forum@mediaindonesia.co.id

6 Seputar Indonesia redaksi@seputar-indonesia.com
7 Duta Masyarakat dumas@sby.centrin.net.id
8 Surabaya Post redaksi@surabayapost.info
9 Koran Pendidikan koran.pendidikan@gmail.com
10 Malang Post mpost03@yahoo.com
11 Pikiran Rakyat dwipr@pikiran-rakyat.com
12 Suara Pembaharuan opini/koransp@suarapembaharuan.com
13 Koran Tempo red@tempo.co.id
14 Bernas bernasjogja@yahoo.com
15 Suara Karya redaksi@suarakarya-online.com
16 Bengawan Post bengawan_post@yahoo.com
17 Bangka Post redaksi@bangkapos.com
18 Sriwijaya Post sripo@mdp.net.id
19 Banjarmasin Post banjarmasin_post@yahoo.com
20 Kaltim Post redaksi@kaltimpost.web.id
21 Suara Muhammadiyah
22 Matan (DPW Muh Jatim)
23 Majalah Aneka Yess aneka@indosat.net.id
24 Majalah Annida annida@ummigroup.co.id
25 Majalah Gadis info@gadis-online.com
26 Majalah Hai hai_magazine@gramedia-majalah.com
27 Majalah Cinta cinta@cerita-cinta.info cerpen
28 Majalah Kawanku kawanku_magazine@gramedia-majalah.com
29 Tabloid Keren Beken aneka@indosat.net.id
30 Tabloid Teen tabloid.teen@gmail.com

SUMBER INSPIRASI
Ariadinata, Joni. 2006. Aku Bisa Nulis Cerpen. Edisi I. Depok: Gema Insani Press.
Ashari, M. Hasyim. 2007. Siapa Bilang jadi Guru Hidupnya Susah?. Yogyakarta: PInus Book
Lasa Hs. 2006. Menaklukkan Redaktur. Yogyakarta: Pinus Book
Murphy, Joseph. 2002. The Power of Your Subconcious Mind. Semarang: Dahara Publizer.

Meneguhkan Pendidikan Akhlak bagi Anak



Oleh: Husamah
(Ketua Forum Diskusi Ilmiah-Unmuh Malang)

Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Jika memang sebatas memberi dan menjaga asupan gizi, memberi pakaian atau bahkan menyekolahlan anak, bagi sebagian besar orang merupakan perkara yang mudah. Persoalannya adalah bagaimana memastikan bahwa masuk dalam kategori terdidik dengan layak dan bagaimana menanamkan akhlak pada anak?

Fakta menunjukkan bahwa kegagalan pendidikan akhlak telah melahirkan generasi amburadul. Kejahatan merajalela, pemakaian narkoba dan miras, generasi perokok, pergaulan bebas, adegan porno, budaya sinetron dan televisi, tawuran dan sejenisnya adalah perilaku keseharian calon tunas bangsa. Sungguh sangat ironis.

Salaha satu kejadian lama tapi identik dengan keadaan saat ini mungkin perlu kita renungkan. Lihat saja hasil riset Synote (2004) yang menunjukkan bahwa di beberapa kota seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan, (dan mungkin juga Malang) dari 450 responden, 44% mengaku berhubungan sekas pertama kali pada usia 16-18 tahun. Bahkan ada 16 responden yang mengenal seks sejak umur 13-15 tahun. Sebanyak 40% responden melakukan seks di rumah, 26 % dikos, dan 20% lainnya di hotel.

Hasil survey ini seakan menjustifikasi Survei Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) terhadap 2.880 remaja usia 15-24 tahun di enam kota di Jawa Barat pada tahun 2002, yang ternyata juga menunjukkan angka yang menyedihkan. Didapatkan data bahwa 39,65% dari mereka mengaku pernah berhubungan seks sebelum nikah.

Inilah sebenarnya masalah yang sering dilupakan para orang tua. Menyerahkan pendidikan akhlak hanya pada sekolah rasanya terlalu egois. Karena sebagian besar waktu dilewatkan anak di rumah, apalagi jatah pendidikan agama di sekolah (terutama sekolah umum) hanya sedikit. Para orang tua khususnya ibu yang biasanya merasa telah berbuat yang terbaik untuk anaknya ketika ia telah memberikan makanan yang paling bergizi, dan pakaian yang paling bagus. Namun, ia melupakan satu hal penting yang merupakan peran dan kewajibannya yang asasi terhadap anak-anaknya, yaitu mengajarkan akhlak yang mulia, dan menanamkan prinsip-prinsip agama yang benar.

Pendidikan akhlak sejak dini (kanak-kanak) pun kebanyakan diabaikan. Ironisnya sebagian orang ada yang menganggap remeh peran asasi orang tua tersebut, terutama ketika anak-anak mereka masih dalam fase kanak-kanak. Pada akhirnya, mereka menyesal setelah melihat anak-anak mereka menjadi seorang remaja yang sama sekali tidak peduli dengan keadaan orang tuanya.

Demikianlah pentingnya pendidikan akhlak yang menjadi salah satu kewajiban agama. Oleh karena itu, sudah saatnya kita (terutama para orang tua) kembali menyelami karakteristik akhlak, unsur-unsur pokok dalam pendidikan akhlak. Wallaahu'alam bis showab

Dilema Guru di Hari Guru


Oleh: Husamah
(Mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Malang)

Posisi guru sebagai ujung tombak alias pilar utama menuju kemajuan bangsa telah disepakati sepanjang sejarah. Guru dikenal sebagai aktor dalam proses pemanusiaan dan kemanusiaan. Di pundak guru dibebankan amanat besar yaitu mencetak generasi-generasi bangsa yang maju dan berdaya saing.

Konsekwensinya guru dituntut memiliki keterampilan yang memadai. Tidak hanya asal mengajar di kelas kemudian pulang. Guru tidak hanya sekedar pelengkap sekolah saja. Mereka dituntut untuk berkreasi, mengembangakan ilmunya, dan mencontohkan kesuksesan (prestasi) pada muridnya.

Sayangnya, guru yang ideal tersebut masih jauh api dari panggang. Wajar saja hal itu tidak tercapai, mengingat sistem yang berlaku selama berpuluh-puluh tahun sebelumnya tidak pernah berpihak pada guru. Jangankan untuk meningkatkan kompetensi mengajar, untuk makan saja begitu sulitnya. Alhasil guru justru memilih untuk nyambi ngojek demi mengepulkan asap dapur.

Sebenarnya, kebijakan seperti sertifikasi merupakan solusi yang bijak dikeluarkan birokrasi. Tujuannya jelas untuk meningkatkan taraf hidup kaum Oemar Bakri. Namun, dalam tingkatan implementasinya masih terdapat hal yang perlu ditata. Contoh konkritnya adalah penggunaan sistem portofolio. Ternyata dengan sistem tersebut banyak guru yang menghalalkan segala cara untuk lolos sertifikasi dan mendapatkan tunjangan seperti memalsukan dokumen. Bahkan ada guru yang sengaja memasukkan amplop berisi uang (suap) di dalam berkasnya. Padahal jelas bahwa tindakan tersebut bertentangan dengan profesionalitas dan kode etik guru.

Selain itu bagi sebagian besar guru, sertifikasi malah menjadi dilema. Bagaimana mungkin guru mampu memenuhi syarat sertifikasi sementara finasial minim. Bagaimana para guru dapat memenuhi standar profesionalisme seperti yang disyaratkan dalam sertifikasi sementara nasib guru sendiri terutama untuk kebutuhan rumah tangganya tak menentu?

Jadilah kenaikan gaji guru dua kali lipat tidak lebih sebagai iming-iming belaka. Toh yang utama dirasakan guru saat ini adalah dengan gaji yang kecil dari pemerintah itu, para guru dipaksa mengajar sembari memenuhi kebutuhan ekonomi yang kian melangit dan tak tersentuh. Hal inilah yang mungkin perlu mendapat perhatian terutama oleh pemerintah.

Biodata Singkat:
Redaktur Buletin Expedition TEB UMM dan Editor Majalah HMJ Biologi UMM
Ketua Forum Diskusi Ilmiah UMM
NIM: 04330058
HP: 085649218214

Kaum Lesbian, Perjuangkan Keadilan Melalui Buku


Oleh: Husamah
(Ketua Forum Diskusi Ilmiah Unmuh Malang)

Beberapa hari yang lalu, seorang teman sempat bertanya kepada saya tentang mereka-mereka yang berbeda dengan kondisi lazimnya. Mungkin yang dia maksud adalah waria atau mungkin lesbian. Karena menurut saya pertanyaan tersebut menarik, maka perlu kiranya untuk diuraikan, meskipun hanya fokus pada lesbian saja.

Orientasi seksual lesbian yang tak lazim, berbeda dengan kebanyakan masyarakat menjadikan kelompok lesbian sebagai komunitas marginal. Banyak orang masih homophobia dan beranggapan bahwa lesbian merupakan penyakit atau kelainan. Lesbian, seperti halnya waria dan gay dipandang abnormal, sesuatu yang kotor bahkan khianat terhadap kodrat penciptaan Tuhan. Persepsi ini telah mengakar kuat dalam peradaban masyarakat.

Di zaman Orde Baru, kebanyakan dari mereka belum berani unjuk identitas di ruang publik. Komunitas lesbian di Indonesia sendiri berupa komunitas bawah tanah, belum banyak muncul literatur-literatur kajian studi tentang lesbian. Setelah terbuka lebarnya keran kebebasan pascareformasi, komunitas lesbian berani keluar dari apa yang disebut oleh para teorisi lesbian dan gay dengan "closet". Mereka keluar dari dunia kepalsuan dan tertekan menuju posisi sosial yang diterima masyarakat. Komunitas lesbian menginginkan mereka dianggap setara dengan kaum heteroseksual.

Lesbianisme, seperti politik identitas lainnya memakai buku sebagai jalan untuk mendapatkan pengakuan tersebut. Mereka percaya bahwa kekuatan buku telah terbukti sejak awal abad lalu di mana politik identitas nasionalisme dinyatakan dengan buku dan efeknya luar biasa. Para pendiri republik menggunakan buku sebagai sarana yang ampuh dalam perjuangan.

Wacana dan gerakan lesbianisme berhadapan dengan bongkah kokoh konservatisme yang dinilai masih sangat diskriminatif terhadap mereka yang berbeda dan dianggap tidak normal. Jika diibaratkan sebagai batu kokoh, buku menjadi pahat yang cukup dahsyat untuk menghancurkannya.

Keyakinan yang besar inilah mungkin mendorong terbitnya buku "Lesbian Laki-Laki" karya aktivis muda kelahiran Yogyakarta, Deojha (Penerbit Pinus, 2006). Buku ini memberikan pesan dan harapan bahwa sudah saatnya masyarakat berfikir secara jernih, rasional, tidak kolot dan tidak sepihak. Lesbian merupakan pemberian (given), anugerah yang di berikan Tuhan kepada seseorang wanita.

Selalu ada rahasia di balik kehendak Tuhan. Begitulah kira-kira buku tersebut mengingatkan. Menerima kodrat terlahir sebagai perempuan adalah kewajiban setiap manusia. Namun bagaimana jika ternyata ada perasaan lain yang Tuhan titipkan dan ternyata itu bertentangan dengan realita semestinya? Menikmati keabnormalan itu bisa jadi pilihan terbaik yang harus dipilih. Perbedaan orientasi seks, kecenderungan untuk mencintai dan menyayangi sesama bukan hal aneh. Itu adalah keanekaragaman yang juga harus sama dihargai, bukannya penyakit yang harus disembuhkan.

Gambaran lesbian dalam anggapan penulis sangatlah jauh dari sosok yang disoroti oleh masyarakat, seperti hanya berorientasi seks atau suka berfoya-foya saja. Lesbian di sini tidak lain adalah seorang wanita yang memiliki rasa cinta suci bahkan mendambakan hidup bersama dengan pujaan hatinya, tentunya juga seorang wanita.

Sebenarnya masih banyak lagi buku yang tujuannya memperjuangkan dunia lesbian. Beberapa judul lain yang berhasil saya lacak adalah Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Putri (Poedjiati Tan), Memberi Suara Pada Yang Bisu (Dede Oetama), Sepasang Remaja Lesbian di Persimpangan Jalan (Ernest J. K. Wen), dan Garis Tepi Seorang Lesbian (Herlinatiens). Buku-buku inipun perlu kita pandang dengan bijak.

Biodata Penulis:
Nama: Husamah
kampus: Universitas Muhammadiyah Malang
NIM: 04330058
Telp: 0341. 464733/085649218214
Alamat: Laboratorium Biologi UMM Jl. Raya Tlogomas 246 Malang 65144

Fikih Kesehatan

Menguak Tren Jual-Beli Ginjal

Oleh: Husamah
(Ketua Forum Diskusi Ilmiah Unmuh Malang)



Beberapa bulan terakhir ini media ramai memberitakan fenomena jual-beli ginjal. Berbagai motif telah melatarbelakangi fakta unik ini, tetapi yang paling banyak adalah faktor ekonomi alias uang.

Sebuah televisi swasta nasional berhasil menginvestigasi seseorang yang rela menjual ginjalnya untuk membayar utang. Di kolom surat pembaca harian ini (SURYA-red) suatu ketika dimuat surat seseorang yang bersedia menjual ginjalnya karena kesulitan ekonomi. Ada lagi yang bersedia menjual ginjalnya untuk mengembangkan sebuah perpustakaan. Tentunya masih banyak lagi kasus serupa yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu bagaimana sebenarnya sikap kita menghadapi masalah ini? Bagaimana pula agama (dalam hal ini Islam) menanggapinya? Setelah lama mencari akhirnya jawaban dari pertanyaan tersebut saya temukan di sebuah buku yang berjudul Organ Transplantation, Euthanasia, Cloning and Animal Experimentation: An Islamic View karya Dr. Abul Fadl Mohsin Ebrahim dan diterbitkan The Islamic Fondation (Leicester , 2001). Edisi Indonesia buku ini berjudul Fikih Kesehatan: Kloning, Eutanasia, Transfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen pada Hewan. Diterbitkan oleh penerbit Serambi (Jakarta, Agustus 2007, 200 halaman).

Sebelum membahas penjualan organ, perlu kiranya kita mengetahui pandangan ulama kontemporer tentang transplantasi (pemindahan) organ. Menurut Guru Besar Studi Islam pada Universitas Durban Westville-Afrika Selatan ini, sejauh mengenai transplantasi organ, para fukaha (ahli fikih) telah mempertimbangkan masalah ini dan memberikan pedoman fiqhiyyah tertentu yang didasarkan deduksi ajaran dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Sebagaimana lazimnya terjadi pada semua masalah yang tidak dibahas dalam kedua sumber hukum tersebut, perbedaan pendapat selalu terjadi di kalangan fukaha. Ulama yang menentang berdasarkan tiga prinsip: 1) kesuciaan hidup/tubuh manusia, 2) tubuh manusia adalah amanah, 3) bahwa praktik tersebut dapat disamakan dengan memperlakukan tubuh manusia sebagai benda material.

Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat bahwa ini harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altrulistik bagi sesama muslim. Al-Qur’an dan Sunah menganjurkan untuk memperkuat tali silaturahmi.

Dengan demikian, berdasarkan ajaran di atas, tindakan seseorang yang masih hidup untuk mendonorkan salah satu organ tubuhnya kepada orang membutuhkan harus dipandang sebagai altruisme. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang dimiliki dan bermanfaat bagi orang lain. Organ tersebut merupakan jalan satu-satunya (tidak ada cara lain) untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

Namun, jangan sampai pendapat di atas dijadikan dalih untuk menjualbelikan ginjal atau organ lainnya. Sebab sejauh mengenai penjualan organ tubuh manusia, ulama sepakat bahwa praktik seperti itu hukumnya bathil (tidak sah) bahkan haram. Pertimbangannya, seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya. Tubuh manusia, baik ia masih hidup maupun sudah mati, hanyalah milik Allah.
Biodata:
Husamah
Mahasiswa Semester VII Unmuh Malang (NIM:04330058)
Alamaty: jl. Notojoyo 53 malang 65152
telp:464733 HP: 085649218214

Selangkah Menuju Guru Profesional

(Pengalaman PPL di SMAN 4 Malang)

Oleh: Husamah
Praktikan PPL Unmuh di SMAN 4`Malang
usya_bio@yahoo.com

Guru profesional bukan lagi sebagai pilihan hidup tetapi menjadi suatu keharusan. Masyarakat telah memberikan tuntutan dan amanat kepada guru bahwa mereka menginginkan guru profesional, kreatif atau marketable untuk mendidik anak mereka.
Lahirnya UU Sisdiknas tahun 2003 yang kemudian diikuti dengan UU Guru dan Dosen adalah bukti dari semua itu. Artinya menjadi guru tidak lagi main-main seperti yang terjadi selama ini.

Contoh konkritnya adalah masih banyak guru yang mengajar asal-asalan. Asal menyampaikan pelajaran, asal masuk ke kelas, asal mengisi presensi kehadiran dan asl memberi nilai pada siswanya. Ada lagi yang hanya butuh 3-4 bulan untuk menjadi guru, ini dapat dilihat pada pendidikan Akta IV. Profesi guru hanya sebagai pelarian di saat tingginya persaingan mendapatkan pekerjaan.

Mental guru pun jauh dari harapan untuk digugu lan ditiru. Beberapa malah melakukan tindakan tidak terpuji misalnya tindakan asusila, pelecehan seksual, plagiasi, atau malah penggelapan dana sekolah.

Berangkat dari permasalahan tersebut maka Pusat Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan FKIP-Unmuh Malang melaksanakan program pengajaran lapang (PPL). Mahasiswa pendidikan dituntut untuk menimba ilmu, praktik langsung di sekolah-sekolah mitra. Kebetulan saya, ditempatkan di salah satu sekolah favorit di kota Malang yaitu SMA Negeri 4 Malang. Sekolah ini beralamat di kawasan Tugu atau dekat dengan Balai Kota. Praktik dilakukan mulai tanggal 29 Oktober sampai 8 Desember 2007.

Awalnya rasa nervous menghinggapi. "Apakah mungkin saya bisa mengajar di sekolah yang siswanya bahkan ada yang menjadi juara Asia Pasifik di Korea?" begitu pertanyaan dibenak saya waktu pertama kaki menginjakkan kaki di sekolah tersebut.

Namun dengan tekad yang kuat untuk menjadi guru profesional semua ragu dihilangkan di pikiran. Beruntungnya, guru pamong (guru pembimbing mata pelajaran) pun membimbing dengan penuh kesabaran dan perhatian. Drs. Gunarta, nama guru pamong Biologi, mengajarkan bagaimana membuat perangkat pembelajaran yang benar, bagaimana teknik mengajar yang baik, bagaimana menguasai kelas, membuat tampilan power point, bagaimana administrasi sekolah dan segala yang berhubungan dengan dunia belajar mengajar.

Dalam mengajar, Pak Gun, begitu saya memanggil guru pamong, sangat disenangi murid. Semuanya jelas, urut, tuntas tetapi tidak membuat jenuh siswa. Bahkan ini pun berlaku ketika beliau mengajar siang hari tatkala siswa sudah mulai lelah. Pelajaran berharga ini yang kemudian saya terapkan pula dalam mengajar.

Satu perkataan pria yang juga merangkap sebagai Wakil Kepala Sekolah (wakasek) bidang kurikulum masih selalu saya simpan dalam memori. "Anda harus selalu belajar, tidak ada yang instan. Berusahalah untuk bisa. Belajarlah dari pengalaman yang setiap hari didapatkan".

Akhirnya, saya menyadari bahwa perlu keteguhan hati dan keseriusan untuk menjadi guru yang baik. Namun, seperti kata Pak Gun, ini adalah satu langkah menuju guru profesional. Semoga.

Husamah
Mahasiswa Semester VII Unmuh Malang (NIM:04330058)
Alamat: Lab Biologi Unmuh Malang
telp:464733 HP: 085649218214

AWAS BAHAYA KRISTENISASI TGL 15 DES DI TV

Kamis, 13 Des 2007 07:38 WIB

Dengan ini saya informasikan
> Bahwa pada tgl. 15 Desember 2007 (Hari Sabtu) pukul 16.30 - 17.30 WIB > Akan diputar sebuah film yang berjudul "My Hope Indonesia ".
> Stasiun TV yang sudah bersedia memutar film ini adalah RCTI Dan
> sedang Diusahakan juga diputar di Trans TV Dan TVRI secara serentak pada tgl. 15 Des 2007 pukul 16.30 - 17.30 WIB. Pemutaran film ini diprakarsai Oleh Billy Graham Ministry (USA). Film serupa pernah diputar di India dengan judul "My Hope India" Dan berhasil memenangkan jutaan rakyat India untuk Menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Untuk pemutaran film Ini, Billy Graham Ministry melakukan DOA puasa Selama sebulan dari tgl. 15 Nopember s.d. 15 Desember 2007. Mereka Sangat peduli akan keselamatan jiwa > Bangsa Indonesia , Bagaimana dengan Kita ?

Dokumen ini diAMBIL dari situs BAZ Jatim http://www.bazjatim.or.id/
URL : http://www.bazjatim.or.id/news.php?id=95

12 Desember 2007

Kapankah Malaysia Berhenti Merampok?


(Dimuat di Media Indonesia 10 Desember 2007
Oleh: Husamah
(Mahasiswa FKIP-Universitas Muhammadiyah Malang)


Malaysia memang telah berani menginjak-injak Indonesia. Hal ini benar, apalagi Malaysia kembali berani mencuri milik Indonesia. Kesenian Reog yang selama ini menjadi kesenian khas Indonesia dan dikenal berasal dari Ponorogo, diklaim sebagai milik Malaysia.

Mengapa Malaysia berulang kali melecehkan Indonesia? Pepatah mengatakan, pengalaman adalah guru yang paling berharga. Pengalaman berkali-kali berbuat serupa tanpa adanya keberanian untuk melawan dari Indonesia membuat mereka semakin percaya diri.

Beralihnya Sipadan dan Ligitan ketangan Malaysia adalah awal dari semuanya. Selanjutnya lagu Rasa Sayange dibajak dan diakui sebagai milik mereka. Pembalakan dan pencurian kayu dan hasil hutan banyak dimotori pengusaha asal Malaysia.

Ironisnya, pemerintah kita tidak pernah melakukan langkah konkrit untuk melawannya. Pemerintah kita memang terlalu takut untuk melawan Malaysia. Entah mengapa hal itu terjadi. Lihat saja contohnya, di saat ramai protes terhadap aksi pemukulan wasit karateka Indonesia, Peter Donald Kolopita oleh aparat keamanan Malaysia dan pemerintah Malaysia tidak mau minta maaf, ternyata Wapres Jusuf Kalla tanpa rasa malu menghadiri undangan ulang tahun Malaysia.

Tatkala para TKI/TKW kita di Malaysia diburu dan diperlakukan tidak manusiawi, pemerintah kita tidak bisa berbuat apa-apa. Alih-alih memberi pembelaan dan santunan, justru korupsilah yang dipertontonkan. Sebagian lagi tebar pesona ke daerah-daerah untuk meminta dukungan pada pemilu mendatang. Anggota DPR yang katanya penyambung lidah/aspirasi rakyat ternyata menerima suap sana-sini seperti yang dilakukan Komisi I DPR. Ada lagi yang tanpa malu menggunakan uang rakyat untuk naik haji.

Sampai kapan hal ini akan terjadi? Jawabannya bermacam-macam. Selama pemerintah kita dan juga wakil rakyat hanya mementingkan diri sendiri dan tidak punya rasa malu. Selama mereka telah kehilangan rasa memiliki budaya bangsa dan malah tertarik budaya asing. Selama mereka lebih mementingkan kemakmuran diri pribadi (korupsi), dan lupa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Tanggapan atas Artikel: Kapankah Malaysia berhenti merampok ?

Oleh: Giyono*
Husamah, Ass Wr Wb !

Membaca tulisan Husamah di kolom “ Surat Pembaca “ Media Indonesia Senin 10 Des 2007, saya juga sangat prihatin melihat keadaan bangsa dan Negara kita ini. Sampai-sampai Malaysia pun yang dulu banyak belajar kenegeri kita sekarang mulai berani melecehkan kita.

Dimanakah letak kesalahannya ? Letak kesalahannya ada pada kita sendiri yaitu segenap bangsa dan Negara Indonesia ! Kita punya Ketuhanan yg Maha Esa, tetapi nyatanya kita tidak melaksanakan perintahNya. Kita punya Kemanusiaan yang adil dan beradab, tetapi kita saling memakan diantara bangsa sendiri. Kita punya Persatuan Indonesia tetapi kita kita lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok sendiri. Kita punya kerakyatan yang dipimpin……. Nyatanya anggota DPR kita asyik pada bermain sendiri dan lupa pada janji2nya ketika kampanye dulu. Kita punya keadilan social……..tetapi yang kay makin kaya dan yg miskin makin miskin. Dari setiap poin tsb banyak sekali contohnya.

Saudara2 kita yang miskin dan papa akhirnya pada lari ke Malaysia, yang punya duit masuk secara legal, sementara yg nggak punya duit masuk secara illegal. Yang illegal ini ratusan ribu jumlahnya, mereka selama di Malaysia kucing2an terus dgn aparat disana. Mereka ini dianggap menjadi trouble maker dimalaysia karena cukup banyak yang terlibat kriminalitas.Jujur aja , banyak juga pengusaha yg senang dgn yg illegal ini karena ongkos buruh sgt murah, malahan terkadang mereka tidak dibayar. Meski tdk dibayar mereka ini tak berani melapor karena illegal tadi.

Keadaan didalam negeri kita yg rebut terus menerus, misalnya hasil pilkada di berbagai daerah yg ribut melulu,dan demo2 yang bentrok dimana-mana, itu semua juga membuat image mereka terhadap kita buruk sekali. Berita kerusuhan seperti itu hampir selalu muncul di TV mereka.

Kemiskinan , bencana alam dan penderitaan lain juga selalu muncul di media masa mereka, sehingga image mereka tambah buruk terhadap kita ini.

Korupsi yang terus meraja lela, para pejabat yang mudah disogok, pengemplang BLBI dan KLBI yang ongkang-ongkang di Singapore, Bandar Narkoba yang hukumannya ringan, semua itu juga membuat mereka semakin menganggap enteng bangsa kita.

Tentara kita yang persenjataanya sudah usang, TNI yang ekslusif dan cenderung ikut main politik maka itu juga mereka ketahui dan mereka semakin meremehkan kita.

Dan masih banyak lagi hal-hal yang membuat mereka semakin meremehkan kita.

Jangan lupa Malaysia itu dibawah lindungan Inggris, semua negar yang dibawah lindungan Inggris(Commonwealth) secara umum kondisi ekonomi dan politiknya cukup bagus dan mereka merasa aman karena merasa dilindungi oleh Negara adidaya itu. SEmentara kita ini merdeka dari hasil perjuangan dari Belanda, kita benar2 mandiri maka dalam percaturan dunia maka kita ini sering dikeroyok baik secara diam-diam atau terang2an. Contoh Sipadan-Ligitan yang lepas itu, lha wong Mahkamah International yang di Belanda itu dikuasi oleh mereka-mereka itu maka biasanya kita kalah melulu. Anda tahu PBB, WTO, IMF, World bank, dan sejenisnya itu , semuanya dibawah pengaruh mereka2 itu. Jalan terbaik bagi kita adalah hidup Mandiri dengan mengoptimalkan kemampuan kita sendiri, jangan suka ngutang2 ke mereka2 itu sebenarnya adalah para rentenir terselubung.

Anda pingin tahu betapa bahayanya korupsi dan narkoba itu ? Gampang aja, tuh Singapore,Malaysia dan China sendiri, dia nggak pernah kasih ampun kepada penjahat korupsi dan narkoba, disana langsung digantung atau ditembak mati. Tetapi di negeri kita ini….???? Maka hancurlah generasi kita karena narkoba, hancurlah ekonomi kita karena duit yang ratusan trillium itu hanya dikuasai segelintir manusia yang korup.

Apalagi yang kita harapkan sekarang ? Kalo tdk dekat dgn Allah swt maka lebih baik mati saja kita ini ! Partai-partai yang ber azaskan Islam pun yg sangat kita harapkan perjuangannya di DPR/Pemerintah , mereka pun sudah mulai diam tanpa suara, mereka sudah menyatu dgn partai2 kafir guna merebut jabatan2 penting dinegeri ini mulai dari Bupati,Walikota,Gubernur, Presiden dan lain-lain, bahkan mereka sudah mulai lupa niat awalnya,…sedih sekali yaaaa.

Sekali lagi, yang salah adalah kita sendiri. Lalu untuk memperbaiki semua ini, dari manakah memulainya ? Pada hakikatnya mulainya adalah dari diri kita sendiri.Contoh : Mari kita lakukan perintahNya, jangan ikut korupsi, syukuri saja hidup kita meski bersahaja, tetap berusaha keras untuk merubah nasib. Serukan kepada setiap orang yang kita kenal agar tidak berlaku korupsi dan jauhi narkoba.

Dari bahasa agama , mungkin ini bisa dikatakan sebagai laknat dariNya, coba lihat disekitarmu saja, banyak orang tidak merasa telah berlaku haram dan bathil dalam hidupnya sehari-hari.Misalnya ketika ujian smt mereka membuat contekan-contekan , Para isteri yang manipulasi uang belanja dari suami, suami yang tdk jujur kepada isteri, anak-anak yang suka berbohong dgn orang tua, Rektor yg memungut uang dari mahasiswa tanpa pertanggungjawaban yg jelas, Dosen pemibimbing yg memeras secara halus mahasiswa dlm menyelesaikan skripsinya, Lurah/Kades yang menyelewengkan Raskin, Kades yg terpilih dengan menyogok Bupati dan masyarakat(money politic), Dokter yg resepnya diarahkan kepada obat merek tertentu, Menteri yg mentalnya asing membuat aturan penanaman modal yang menguntungkan para pengusaha asing sehingga warung2 kecil pinggir jalan pada mati pelan2, dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Jika tadi secara hakikat dimulai dari diri kita masing2, maka secara nasional harus dimulai dari penyelenggara Negara ini, siapakah mereka itu / yaitu Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.

Eksekutif : pemerintah yaitu presiden dan menteri2 dan aparatur dibawahnya mulai dari Jkt sampai kedaerah-daerah, tapi juga tergantung dari semua undang2 yg dibuat oleh legislative(DPR). Banyak UU yg mandul dan tak bertaring, dibuat asal ada saja dan asal-asalan sehingga pemerintah juga nggak bisa keras.

Legislatif ; DPR sdh banyak yg lupa janjinya dulu waktu kampanye. Kalu bikin UU terkadang sudah ada pesanan dari kelompok pengusahan tertetntu dan imbalannya pasti uang yang berkoper-koper jumlahnya. Gajinya gede, sogokanya ya gede2. UU dibuat tapi tak bertaring, sehingga banyak penjahat illegal logging lolos, koruptor lolos atau dihukum ringan sehingga tak jera-jera

Yudikatif ; Hakim, Jaksa, Polisi banyak yang mudah dibeli atau disogok oleh para penjahat ekonomi Negara. Coba : maling ayam dihukum 3 bulan plus babak belur digebukin, korupsi milyaran hanya 1 tahun dan potong tahanan.Peran pengacara sebagai pembela para penjahat ekonomi ini telah membentuk mafia peradilan, sehingga hukuman ringan, penjahat2 itu tak jera2 pula.

Memang ada beberapa fakta pelecehan yang terjadi tetapi bisa juga ada kesamaan/kemiripan beberapa budaya yang ada di Malaysia dan Indonesia. Itu sangat mungkin karena kita ini bangsa serumpun, dan dulunya kita sama2 berasal dari daerah Tonkin-Vietnam sana.Apalagi pada zaman penjajahan dulu ada saja kelompok masyarakat yg hijrah dari Jawa ke tanah Malaysia dengan membawa seni dan budayanya, apalagi dulu belum lahir namanya Indonesia atau Malaysia, yaitu namanya dulu “ Hindia Belanda” . Contoh lain Orang2 kita yg saat ini di Suriname itu, bahasa dan seni budayanya malah masih asli jawa tempo dulu lho.

Jadi kita sebagai orang terpelajar harus berfikir jernih, rasional, ilmiah karena tidak semua yang berasal dari Malysia itu jelek , mungkin kita masih terpengaruh peristiwa ganyang Malaysia dulu yaitu dizaman Bung karno, sehingga agak sensitive dgn Malaysia. Yang jelas hubungan antar pemerintah kita dan Malaysia hingga saat ini baik-baik saja, dan kalu ada kejadian jelek seperti itu adalah lebih pada oknum warganya, seperti juga pada oknum TKI illegal kita yg ada disana.

Ada yg bilang bahwa kita perlu potong satu generasi guna memperbaiki keadaan terpuruk ini, karena orang2 yg berkuasa sekarang ini dianggap sudah terkontaminasi dan tidak bisa lagi diharapkan.Potong generasi ini sudah pernah terjadi di Kamboja dan Vietnam melalui perang yg dahsyat , maka kedua Negara tsb saat ini banyak kemajuan yg luar biasa meski pun baru hancur2an karena perang saudara tsb. Coba lihat dari hasil Sea Games saja saat ini ! Kita malah dibawah mereka perolehan medalinya. Apakah kita mau perang seperti mereka ?

Saya punya resep untuk perbaiki keadaan bangsa dan Negara kita , sbb :

Tegakkan Pancasila sebagai landasan idiil kita.
Lunasi hutang kita US$ 50 milyar itu, jika perlu Pulau batam kita jual . Dan jangan ngutang2 lagi. Batam hilang tidak akan mengurangi makna NKRI.
Kita hidup Mandiri , Jangan kuatir sumber daya alam kita masih buanyak kok.
Menyerukan gaya hidup sederhana kepada seluruh rakyat Indonesia.
Perusahaan2 asing di bidang pertambangan kita terima jika bagi hasilnya saling menguntungkan. Coba Free port tambang emas itu, kita hanya dapat 3%, Amrik yang 97%. Gila, kan !.
Koruptor dihukum yang berat atau mati agar jera, dan segera dieksekusi.
Bandar narkoba dihukum berat/mati. Hukuman mati harus segera dieksekusi.
Buat undang-undang mereka yang pernah dipenjara/sedang dipenjara tidak boleh lagi menjadi pejabat Negara atau lembaga Negara. Tuh..Nurdin Halid sang Ketua umum PSSI bolak-balik dipenjara tapi masih jadi ketua PSSI. PSSI nya keok melulu.
Pengawasan melekat terhadap barang2 konsumsi masyarakat terutama kandungan bahannya yang bisa merusak saraf2 otak anak bangsa. Misalnya : jajanan anak-anak di sekolah2 SD , SMP yg konon sudah mengandung bahan2 narkoba dalam ukuran ringan sehingga anak2 ketagihan dan tanpa disadari merusak jaringan saraf otak.Rokok di Indonesia konon punya kadar nikotin tinggi, sehingga tanpa disadari lama2 bisa merusak saraf2 otak namun ybs tdk merasa rusak saraf otaknya, anda tahu kyai2 kita banyak yg jago merokok, OKI pernah akan mengharamkan rokok lho.Konon kandungan soft drink yg dijual di negeri kita itu beda lho dgn yg ada di Negara barat sana. Dan makannan2 lainnya.
TNI-AD, TNI –AL, TNI-AU kita perkuat, jumlahnya berjuta-juta, senjatanya modern dan banyak, sering latihan perang didaerah perbatasan kita.
Kita kirim TKI keluar negeri yang betul2 profesional, jangan yu Tukinah, Yu Painem yg buta huruf dan masih clondo2 yg dikrim keluar negeri.
Daerah2 diluar jawa segera diberdayakan, agar merata SDM nya dan kemakmuranya.
Anak2 kita yang sekolah diluar negeri harus diawasi betul supaya otaknya tidak diformat oleh asing yg merugikan kita.
Kurikulum pendidikan bersifat aplikatif, dinamis. Mata pelajaran/kuliah yang benar2 relevan saja yang diterapkan.
Jumlah partai politik tidak terlalu banyak, kalu kebanyakan sering kacau.
Pemilihan Presiden, Gubernur, Walikota, Bupati bareng sekaligus(seperti di Fipina), lebih praktis, efisien dan efektif. Jadi kalu ada keributan cukup sekali dalam lima tahun. Coba sekarang ini, tiap hari ada berita keributan pilkada.
Dan lain-lain.

Sekian dulu, Husamah ! Aku harus keja dulu ya! Jangan bosen mbacanya ya. Salam untuk AREMA dan seluruh teman di UMM.Mohon maaf jika ada yg kurang berkenan.

Wass Wr Wb,

Dari cah Gurah-Kediri.

Best Regards,
Giyono

PT. Samudra Petrindo Asia
Sampoerna Stategic Square, Tower A, 14th Floor, Suite 1401, Jl. Jend. Sudirman Kav. 45-46 Jakarta 12930 - Indonesia
Telp.: +62 21 577 2577
Mob: +62 811 142959
Fax: + 62 21 577 2578
email: gy@sampet.co.id
As Commercial Manager

5 Desember 2007

Amnesia Jasa Bung Tomo


(ARTIKEL INI DIMUAT DI MEDIA INDONESIA EDISI JUM'AT 16 NOVEMBER 2007
Amnesia Jasa Bung Tomo

Oleh: Husamah

(Mahasiswa Biologi-FKIP Universitas Muhammadiyah Malang)

Jika benar bahwa bangsa yang baik adalah bangsa yang tidak pernah lupa jasa-jasa dan perjuangan para pahlawan, maka Indonesia bukanlah bangsa baik-baik. Walapun dengan berat hati, kenyataan tersebut harus kita akui. Mengapa?

Peringatan Hari Pahlawan 10 November kembali kita peringati secara simbolis, formalis, strukturalis dan penuh kepura-puraan. Kepura-puraan itu jelas terlihat apabila dikaitkan dengan Bung Tomo.

Siapa yang tidak kenal dengan pejuang yang satu ini. Tanyakan saja nama Bung Tomo pada anak-anak sekolah dan masyarakat umum. Dapat dipastikan sebagian besar orang akan tahu, bahkan namanya lebih akrab dari tokoh lainnya.

Ironisnya, tokoh yang memproklamirkan semboyan rawe-rawe rantas malang-malang tuntas ternyata tidak diakui sebagai pahlawaan nasional oleh pemerintah (dari pusat hingga pemerintah daerah terutama Jawa Timur). Sampai sekarang hak sebagai pahlawan yang seharusnya disandang "sang pembakar semangat Arek-Arek Suroboyo" ini ternyata belum juga diberikan. Dia pun belum dimakamkan di taman makam pahlawan.

Terasa aneh memang. Presiden telah berganti enam kali apalagi gubernur dan bupati/walikotanya. Tapi mereka sama saja, amnesia dengan perjuangan dan jasa-jasa Bung Tomo.

Alasan unik disampaikan Direktur Kepahlawanan, Kejuangan dan Keperintisan Departemen Sosial Yusrizal. Sebagai mana dikutip oleh berbagai media, menurutnya ada persyaratan administrasi yang belum dipenuhi untuk mengusulkan pria kelahiran 1920 itu menjadi pahlawan nasional yaitu belum diseminarkan di daerah.

Tampaklah borok anak bangsa. Bung Tomo telah lama berpulang ke haribaan-Nya. Tentunya kita akan bertanya, apakah begitu sulit hanya sekedar menseminarkan beliau? Apakah banyak dana yang harus dikeluarkan sehingga kita enggan? Apakah kita kekurangan data sejarah yang terkait dengan Bung Tomo? Apakah begitu sulit untuk memindahkan jasadnya ke TMP?

Akhirnya, apapun alasan yang diberikan, saya rasa tidak akan ada yang masuk akal. Yang jelas, kita masih penuh dengan kepura-puraan, kebohongan dan sengaja amnesia. Tentunya, ini harus segera diakhiri apabila ingin menjadi bangsa baik-baik.

Gerakan Perlawanan Guru


(telah di muat di harian banjarmasin post Minggu, 13 Agustus 2006)
Buku

Gerakan Perlawanan Guru

Judul : Guru:"Mendidik Itu Melawan"
Penulis : Eko Prasetyo
Cetakan : I/Mei 2006
Tebal : xii+207 halaman
Penerbit : Resist Book
Peresensi : Husamah

Permasalahan menyangkut dunia guru memang seakan tak pernah ada ujungnya. Boleh dikatakan bahwa setiap permasalahan pendidikan tentu merupakan permasalah guru juga. Sedemikian rumitnya sehingga terkadang memunculkan keputusasaan untuk mencari solusinya.

Bukan hal yang baru manakala kita melihat guru "nyambi" ngojek untuk mengepulkan asap rumah tangganya karena gaji dan tunjangan hidup yang sangat rendah bahkan tidak wajar. Bukan hal yang baru pula ketika guru harus tergusur menjadi profesi kelas dua, jauh dibawah dokter, notaries, arsitek, konsultan hukum, wartawan dan profesi lainnya.

Seorang pengamat pendidikan pernah menulis, dalam negara yang beradab biasanya guru sangat dihormati, diberi peran yang besar, dan tentunya memiliki posisi yang strategis dalam pencerdasan. Di negara Jepang misalnya, seorang konglomerat akan menunduk hormat ketika berpapasan dengan guru anaknya.

Di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darusalam guru bisa menikmati liburan di negara lain karena negaranya memberi gaji yang cukup. Merekapun dimudahkan untuk mengkredit kendaraan seperti mobil.

Kondisi guru di negara tersebut di atas sangat jauh berbeda dengan realita ôoemar bakriö di Indonesia. Guru compang-camping karena gajinya kecil dan diberi penghormatan ala kadarnya bahkan sering tidak dihormati. Suatu waktu seorang guru berkata ôapalah artinya saya, saya kan hanya seorang guruö. Ironis tentunya.

Guru harus melakukan perlawanan. Guru harus melakukan revolusi. Sudah saatnya guru harus menunjukkan kekuatannya. Kesabaran guru pasti ada batasnya. Itulah kira-kira semangat yang disebarkan oleh Eko Prasetyo dalam bukunya Guru: Mendidik Itu Melawan! ini.

Di awal bukunya, Eko Prasetyo menyoroti tentang profesi guru yang selalu di bawah intimidasi dan pengawasan. Profesi guru dianggap membahayakan kepentingan pemerintah dalam hal keamanan. Maka terbentuklah Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang semuanya punya mandat: mengawasi guru.

Wadah guru seperti PGRI yang sedianya mengakomodir perlindungan terhadap guru dalam menjalankan profesinya serta penyalur kepentingan guru ternyata hanya menjadi penyalur kebijakan pemerintah. PGRI yang konon katanya sebagai forum guru ternyata hanya mubazir dan sama sekali tidak ada perannya.

Penulis memberi contoh kasus bagaimana semangatnya pemerintah dalam meringkus peran guru. Nur Laila harus rela diturunkan pangkatnya bahkan dipecat oleh Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, karena menolak bangunan sekolah diubah menjadi tempat usaha. Ternyata mempertahankan gedung sekolah dianggap sebuah pelanggaran.

Buruknya birokrasi pendidikan tidak luput dari bidikan buku ini. Kebobrokan birokrasi ini dapat terlihat dari kebijakan yang diterapkan untuk profesi guru. Pertama kreativias guru dipasung dan dikontrol oleh kurikulum yang sifatnya sangat terpusat. Otonomi pendidikan, otonomi sekolah dan otonomi guru ternyata sama sekali tidak memudahkan guru untuk mengajar sesuai dengan potensi dan kreativitasnya.

Kedua, sudah barang tentu lenyapnya hak-hak dasar politik yang seharusnya dimiliki oleh guru. Profesi guru menjadi kerja administrasi manakala hak-hak politiknya seperti berserikat dan berkumpul diabaikan.

Ketiga, tentu terjadi perubahan makna mengajar. Antara mendidik dan menumpahi informasi tidak bisa dibedakan. Begitu antusiasnya para guru untuk menciptakan murid-murid yang kepintarannya melebihi usianya. Sangat mencemaskan melihat murid dipaksa untuk mengikuti ambisi gurunya.*


http://www.indomedia.com/bpost/082006/13/ragam/ragam9.htm

Ritual Shalat dalam Pandangan Tabib


Judul: Keajaiban Shalat Menurut Ilmu Kesehatan Cina
Penulis: Lukman Hakim Saktiawan
Penerbit: Mizania
Cetakan: I/ Juni 2007
Tebal: xv+205 halaman
Peresensi: Husamah*

Ritual Shalat dalam Pandangan Tabib

"Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina". Hadist tersebut masih menjadi perdebatan para ahli fikih tentang kesahihannya. Namun demikian, apapun statusnya, Islam telah mengakui bahwa Cina memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki tempat lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan di negeri tersebut berjalan begitu cepat, termasuk ilmu kedokteran (ketabiban).

Penghargaan Islam kepada Cina, yang ditunjukkan dengan pengakuan, bukanlah tanpa alasan. Lekatnya kultur mencari ilmu merupakan barometer Islam dalam meninggikan derajatnya. Jaminan ini kerap disampaikan Nabi Muhammad SAW, bahkan di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat yang menghargai orang-orang yag rajin mencari ilmu. Alasan lain adalah kenetralan ilmu yang berkembang di manapun, suatu saat akan menunjukkan kebenaran-kebenaran dan keutamaan yang mungkin belum terungkap.

Di lain sisi, selalu ada rahasia-rahasia Allah Swt dalam berbagai hal, tidak terkecuali ibadah yang diperintahkan-Nya. Dunia keilmuwan modern Barat telah mengakui berbagai kehebatan dan kelebihan dari puasa yang dilaksanakan umat Islam, diluar ia sebagai ritual. Ritual wudhu memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan tubuh (fisik dan psikis). Sementara tidak ada satu orangpun yang meragukan keutamaan shalat.

Salah satu literatur yang mengungkap keajaiban shalat yag dilakukan umat Islam di seluruh dunia adalah buku karangan Guru Kungfu dan Praktisi Terapi Pengobatan Tradisional Cina, Lukman Hakim Saktiawan ini. Pendek kata buku ini adalah catatan ilmiah seorag tabib, yang telah menempa ilmunya diberbagai wihara, dalam memandang ritual umat Islam. Menurut Saktiawan, keunikan, kelebihan dan keutamaan shalat dapat ditinjau dari sebuah perpaduan atau rangkaian ajaib mulai dari wudhu, shalat itu sendiri dan waktu shalat.

Ritual wudhu, mengajarkan kepada kita untuk selalu bersih. Kulit adalah alat tubuh yang terbesar dan lapisan terluar dari tubuh manusia. Bagian inilah yang sepanjang hari mengalami kontak langsug dengan dunia luar, dan karenanya juga amat rentan terhadap kotoran.

Dengan berwudhu, kita telah membersihkan bagian-bagian yang selalu bersentuhan dengan kotoran. Lingkungan banyak mengandung debu, bakteri dan zat-zat yang merugikan kesehatan. Semua kotoran ini menempel dan menimbulkan kerak yang menghambat pori-pori kulit sehingga mengganggu sirkulasi dengan hawa di sekitarnya.

Oleh karena itu, sangat penting menjaga kulit agar selalu bersih dan lentur. Dapat kita dibayangkan bagaimana kulit tidak bersih jika kita selalu melakukan wudhu dalam sehali lima kali?

Ritual shalat, mengajarkan kepada manusia untuk selalu sehat. Tubuh manusia memiliki suatu sistem yang begitu sempurna. Apabila ada satu bagian yang mengalami kelainan, bagian yang lain akan merasakan akibatnya. Ini terjadi karena adanya jutaan syaraf yang menyebar di tiap-tiap bagian tubuh kita. Bagian yang terbanyak adalah otot-otot jaringan penggerak, yang menggerakkan setiap persendian dan organ internal tanpa disadari, yang semuanya terkontrol oleh pusat sistem syaraf otak.

Dengan melakukan gerakan-gerakan sholat, berarti telah melakukan aktivitas olahraga ringan yang dapat meningkatka kelenturan otot jaringan kita. Secara tidak langsung, juga membantu sistem aktif syaraf dari seluruh bagian jaringan organ yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga dapar berfungsi dengan baik.

Waktu shalat, mengajarkan kepada umat untuk selalu menghargai waktu dan hidup sesuai denga siklus alam semesta. Waktu-waktu shalat yang dilakukan sangat sesuai dengan kaidah dan ketentuan sistem terapi dalam ilmu kesehatan Cina. Dimana dijelaskan bahwa ada hubungan kosmis antara tubuh manusia dan alam sekitarnya, termasuk hubungan medan magnetis antara bumi, manusia dan langit.

Hubungan medan energi dan medan magnetis manusia dengan alam sekitarnya membentuk sistem sirkulasi yangs seimbang. Dan waktu-waktu terapi pun disesuaikan dengan interaksi antara organ manusia dan alam, sesuai dengan kadar medan energi alam. Shalat subuh yang dilakukan pada pagi hari memiliki manfaat pada paru-paru. Shalat zuhur merupakan sarana terapi jantung. Shalat dilakukan pada saat udara panas, sehingga udara yang sejatinya akan meningkatkan emosi dapat diturunkan dan menstabilkan kerja jantung. Bila dikaji, shalat Asar merupakan waktu terapi kandung kemih, shalat magrib untuk terapi gunjal dan shalat isya menjadi waktu paling tepat untuk terapi perikardium.

Akhirnya dari buku berhargasumbangan pemikiran dar tabib ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan melakukan shalat lima waktu secara rutin, sesungguhnya kita hidup selaras dengan siklus alamiah tubuh dan alam.

Dengan meninjau secara lengkap ketiga unsur ibadah shalat, tampaklah bahwa dalam satu rangkaian yang mudah dikerjakan, umat dituntun untuk hidup sehat, menjaga kebersihan, menghargai waktu dan hidup sesuai dengan siklus alam semesta. Inilah salah satu kebenaran dan keutaman Islam dan ritualnya jika dilihat dari kacamata di luarnya.

*) Husamah
Peminat Buku pada Forum Diskusi Ilmiah UMM, sedang menulis buku "Manajemen Mulut dan Perut", mendalami Pengobatan Tradisional Cina.

SAATNYA KEPEMIMPINAN DI TANGAN PEMUDA


SAATNYA KEPEMIMPINAN DI TANGAN PEMUDA

(TELAH DIMUAT di harian Media Indonesia tanggal 28 Oktober 2007)

Oleh: Husamah*

Momen Sumpah Pemuda 1928 akan kembali diperingati pada 28 Oktober. Namun jika mau jujur, peringatan itu tentu hanya bersifat simbolis, formalis, dan strukturalis. Sekedar menjadi bentuk romantisme sejarah bangsa dan kepeloporan pemuda angkatan 1908, 1928 dan sesudahnya serta sebagai pertanda kepura-puraan nasionalisme.

Mengapa demikian? Masih terdapat berbagai persoalan yang berpotensi meruntuhkan pondasi bangsa. Berbagai kejadian memalukan dan memilukan akhir-akhir ini justru membuat Bangsa Indonesia seakan kehilangan jalur untuk keluar dari krisis multidimensional. Kesempatan untuk mencari pekerjaan semakin sulit, angka kemiskinan masih tinggi, biaya pendidikan secara umum mahal, penjarahan dan intervensi(penjajahan) asing semakin mencengkeram, dan budaya KKN semakin marak dipertontonkan.

Permasalahan ini belum ditambah dengan dekonstruksi moral bangsa, rasa aman semakin menipis, ancaman disintegrasi, penyebaran penyakit, lingkungan hidup, dan racun-racun sosial lainnya.

Di tengah tuntutan perubahan dan problematika kebangsaan, gerakan kepemudaan dan kepemimpinan pemuda justru mengalami kemunduran dengan berbagai bentuk kealpaan ideologis yang membuat mereka tersesat. Herman Ibrahim (2003) misalnya mencatat di era reformasi, kepemimpinan pemuda nyaris tidak ada sama sekali, pemuda nyaris hanya menjadi penggembira belaka.

Orang-orang tua tetap mendominasi kekuatan di kepengurusan inti yang memiliki akses langsung pada kekuasaan di legislatif maupun di eksekutif. Para pemuda tidak lagi menjadi kekuatan masyarakat sipil yang kritis, tetapi menjadi para pendemo yang siap untuk dibayar. Semua isu yang diangkat para pemuda dalam rangka kontrol terhadap sistem kekuasaan mudah dipatahkan di belakang layar.

Tentunya, kita (terutama pemuda) tidak perlu larut tenggelam dalam masalah tersebut. Kepemimpinan pemuda sebegitu pentingnya dan perlu kembali mengarus utama agar cita-cita luhur reformasi (membangun Indonesia Baru) tidak lagi "jauh api dari panggang".

Sudah saatnya pemuda kembali menjadi tumpuan, pelaku di depan atau pemegang kendali. Sudah saatnya kita mengusung kembali kepemimpinan pemuda. Memang tidak mudah, tetapi dengan tekad dan kemauan kuat perubahan itu dapat tercapai.

Pada tahun 1966, Mohammad Hatta mengajukan suatu pertanyaan untuk meyakinkan dan mengingatkan kita kembali. Mengapa pemuda sewaktu-waktu melakukan peranan yang begitu penting dalam perkembangan politik dan haluan negara? Mengapa pemuda sering mendahului orang-orang tua yang sudah matang berpolitik? Pertama, pemuda masih murni jiwanya dan ingin melihat pelaksanaan secara jujur apa-apa yang telah dijanjikan kepada rakyat. Pandangan politiknya terbatas kepada cara melaksanakan tujuan itu.

Kedua, pemuda pada universitas (mahasiswa) dididik berpikir secara ilmiah dan ilmu tujuannya mencari kebenaran. Membela kebenaran menjadi tugas utama bagi penuntut ilmu. Pikiran yang diasah semacam itu menyebabkan mereka bersikap kritis terhadap realitas dan perbuatan bertentangan dengan kebenaran.

Selain itu Soekarno pun telah memancing kita dengan kalimatnya "berikan kepadaku sepuluh orang pemuda, akan aku bikin sebuah gunung berpindah." Kalimat itu merupakan retorika Soekarno yang menggambarkan dahsyatnya potensi kekuatan dan kepemimpinan pemuda.


*) HUSAMAH
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI-FKIP
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Mental Dosen Rusak, Lalu Mahasiswanya?


Mental Dosen Rusak, Lalu Mahasiswanya?

(Telah Dimuat di Harian Surya 09 September 2007)

Oleh: Husamah*
(Penyaji Tingkat Nasional dan Penggagas UKM Karya Ilmiah Unmuh Malang)

Artikel berjudul "Mental Dosen Sudah Rusak" pada kolom pendidikan koran ini (tanggal 4 September 2007, halaman 20) membuat kita miris. Bagaimana tidak, seperti yang dibeberkan Prof Dr Ir Moch Munir, Direktur Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (DP2M) Dikti, dari 1500 judul hibah bersaing untuk kategori penelitian dosen muda, 60 persen di antaranya merupakan "plagiat" dengan penelitian yang telah dilakukan orang lain sebelumnya.

Pola pikir rusak, pencontek, dan mencuri karya orang justru menggambarkan dosen yang tidak ada bedanya dengan maling. Fakta ini semakin menyedihkan manakala aksi ini merata dilakukan oleh dosen perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta di seluruh Indonesia

Jika dosen saja seperti itu, lalu bagaimana dengan mahasiswanya? Idealnya, dosen sebagai "guru" di universitas memberi teladan baik dalam segala hal. Dosen harus menjadi guru yang akan digugu dan ditiru. Perilaku dosen dituntut tegas tapi sopan, berwibawa, pintar, kreatif, cekatan, pekerja keras dan berbagai sifat positif lainnya. Perilaku tersebut akan direkam dan dicontoh mahasiswa karena seringnya berinteraksi formal dan non-formal.

Dampak dari sifat negatif para dosen terhadap mahasiswanya sudah dapat kita lihat. Kalau kita karya-karya mahasiswa ternyata sebagian besar adalah hasil plagiat. Sebut saja Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) yang diselenggarakan Dikti misalnya, kebanyakan proposal yang dikirim adalah hasil curian dari skripsi (tugas akhir) mahasiswa lain atau penelitian dosen, satu kampus ataupun lain kampus. Ironisnya perilaku ini, malah direstui dosen. Lebih ironis lagi, ternyata skripsi itupun merupakan hasil plagiat, "membeli" ataupun "memesan" dari bengkel skripsi.

Contoh lainnya adalah budaya maling artikel para mahasiswa dan dosen penulis. Di koran-koran masih sering kita lihat artikel/opini yang diambil dari artikel penulis lain. Penulisnya hanya berkreasi mengganti judul dan sedikit mengubah format. Sayangnya, mungkin karena kurang jelinya redaktur akibat banyaknya kiriman artikel dan tidak mungkin memeriksa satu persatu, karya maling tersebut akhirnya dimuat. Mereka semakin tergiur untuk kembali melakukan plagiasi manakala menerima honor dari koran. Ditambah lagi honor yang diberikan oleh universitas masing-masing.

Sebenarnya, Dikti telah menyadari budaya plagiasi di kampus dengan dikeluarkannya surat bernomor 3298/D/T/99. Pihak universitas diminta melakukan pengawasan ketat secara ilmiah terhadap proses pembelajaran dengan mengaktifkan berbagai komisi atau panitia penilai yang kompeten, punya integritas dan berdedikasi tinggi. Saat ini pun telah memiliki lembaga-lembaga penelitian untuk menjamin mutu penelitian. Namun, kasus-kasus di atas menunjukkan adanya ketidakberesan penerapan ataupun kerja.

Masih banyak kerusakan mental dosen yang juga sering ditiru oleh mahasiswa. Misalnya, sering kita jumpai dosen pria berkata genit bahkan jorok pada mahasiswinya. Banyak dosen yang merokok saat perkuliahan tanpa memperdulikan terganggunya mahasiswa. Lebih parah lagi, ada dosen yang berbuat mesum dengan mahasiswanya atau sesama dosen.

Akhirnya, ada beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan untuk minimalisasi jika memang tidak bisa dihilangkan sama sekali. Sudah saatnya Dikti memberi tindakan tegas semisal pencekalan atau bahkan pemecatan dosen dan mahasiswa plagiat. Jika perlu, universitas asalnya yang dicekal. Pihak universitas sendiri perlu berbenah dan merubah budaya negatif ini baik dengan pembenahan dosen dari segala aspek maupun mahasiswanya. Media massa perlu lebih teliti terhadap artikel yang dikirim mahasiswa dan dosen. Semoga. Wallaahu’alam.

Biodata Penulis:
HUSAMAH
NIM: 04330058
KAMPUS: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Alamat: Jl. Notojoyo no 53, Tegalgondo Karangploso
Malang 65151
HP. 085736020418/ (0341) 464733

Pelayaran Kebangsaan VII , Dari Istana sampai Pengungsi Atapupu

(DIMUAT DI HARIAN SURYA 02 OKTOBER 2007)

Oleh: Husamah
Unmuh Malang
usya_bio@yahoo.com

Dari begitu banyak pengalaman dalam hidup, Pelayaran Kebangsaan VII yang paling berkesan. Ini merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan Dirjen Dikti bekerja sama dengan TNI AL. Pelayaran ini diikuti 150 mahasiswa berprestasi dan aktivis, perwakilan PTN dan PTS seluruh Indonesia. Ikut pula wartawan media cetak dan elektronika. Saya utusan dari Universitas Muhammadiyah Malang.

Menggunakan kapal terbaru yang dimiliki Komando Armada Timur (Koarmatim), KRI Makassar 590 melalui rute Jakarta-Kupang-Atambua-Surabaya pada 11-21 Juni 2007. Tema yang diangkat Bangun Kemaritiman Indonesia dan Infrastruktur Pulau Terluar menuju Negara Kepulauan. Mahasiswa yang berasal dari berbagai suku, adat-istiadat, agama, dan latar belakang berbaur menjadi satu.

Kegiatan dimulai dengan kunjungan ke Istana Wakil Presiden. Sayang, Jusuf Kalla sedang berkunjung ke Tiongkok dan akhirnya diberi wejangan oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie dan Mendiknas Bambang Sudibyo. Seorang teman punya kenangan atas istana itu, “Istana Wapres banyak nyamuknya.”

Kapal melepas jangkar dari Tanjung Priok ke Kupang, NTT yang membutuhkan waktu lima hari. Hari-hari dilalui dengan diskusi, seminar, role playing, pemutaran film tematik, dan ice breaker yang berkait dengan kemaritiman Indonesia dan daerah perbatasan.

Hari pertama, peserta antusias mengikuti rentetan acara. Mulailah mencari kenalan, tebar pesona, cari perhatian, obral nomor ponsel, dan mencari jaringan. Hari kedua sampai kelima, peserta mulai berguguran karena mabuk laut. Setibanya di Kupang, rombongan bersilaturahmi dengan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT serta DPRD. Rombongan juga menyelenggarakan temu akrab dengan mahasiswa dan pemuda lokal. Praktis kami seakan menjadi artis atau pejabat yang mendapat pengawalan aparat keamanan.

Dua hari di Kupang, kapal bergerak ke Atambua. Peserta berdialog dengan pengungsi eks Timor Timur (Timor Leste) yang sudah memilih menjadi WNI. Saya mendapat bagian mengunjungi Kelurahan Silawan Kecamatan Tastim Feto Timur, Atapupu. Keadaan mereka sangat memperihatinkan. Satu rumah, atau tepatnya gubuk dihuni 2-4 kepala keluarga. Tidak ada batas jelas antara tempat tinggal dengan kandang babi. Air bersih sangat minim, bahan makanan langka. Praktis penyakit yang banyak diidap pengungsi adalah penyakit pernapasan seperti TBC.

Meski begitu, mereka begitu semangat bercerita. Satu hal yang membuat saya bangga, mereka bersumpah untuk tetap memilih Indonesia. “Hidup kami adalah Indonesia. Kami tidak mau kembali ke Timor Leste meskipun nanti di sana aman,” begitu kata mereka.
Kata-kata dan semangat mereka masih tersimpan dalam memori sampai akhirnya saya terpilih menjadi Tim Perumus Pelayaran ataupun ketika KRI Makassar berlabuh di Surabaya.

Kreativitas Dulu Baru Sertifikasi


(Dimuat di Harian Surya Monday, 08 October 2007)

Oleh: Husamah
(Ketua Forum Diskusi Ilmiah Universitas Muhammadiyah Malang)


Menyikapi sertifikasi, minimal guru akan terpecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah para guru yang memang setuju, telah siap, berpengalaman, kompeten dan tentu berprestasi. Kelompok kedua pasti para guru yang menganggap sertifikasi perlu untuk menaikkan taraf hidup dan profesionalitas, tetapi merasa kesulitan karena masih banyak kekurangan. Kelompok ketiga tentu para guru yang ingin hidup layak tanpa harus sertfikasi.

Memang sulit merubah pola pikir guru, terlebih kelompok ketiga ini. Selama ini sistem telah membuat para guru begitu santai dan asal “ngajar”. Buktinya, para sarjana non-kependidikan mudah saja beralih menjadi guru jika tidak memiliki pekerjaan. Hanya dengan menempuh Akta IV selama tiga bulan, mereka telah menjadi guru.

Akhirnya posisi guru sebagai ujung tombak alias pilar utama menuju kemajuan bangsa yang telah disepakati sepanjang sejarah semakn bias. Guru yang dikenal sebagai aktor dalam proses pemanusiaan dan kemanusiaan, hanya berfungsi sebagai pelengkap
sekolah semata.

Idealnya, guru dituntut memiliki keterampilan yang memadai. Tidak hanya asal mengajar di kelas kemudian pulang. Mereka dituntut untuk berkreasi, mengembangakan ilmunya, dan mencontohkan kesuksesan (prestasi) pada muridnya.

Sayangnya, pola pikir semacam itu belum banyak dimiliki para guru. Mereka lebih memilih untuk nyambi ngojek untuk mengepulkan asap dapur daripada menulis di media massa. Padahal jika budaya menulis itu dipupuk, justru akan menjadi modal guru menuju sertfikasi, selain juga mendatangkan rezeki bagi dirinya (hohor menulis).

Sebenarnya telah banyak buku beredar yang berupaya memberikan inspirasi dan motivasi bagaimana mengoptimalkan potensi yang dimiliki guru, dan bagaimana mengelola waktu luang untuk mendapatkan tambahan penghasilan.
Bahkan jika “ajaran” ini diamalkan mungkin penghasilan guru bisa lebih
besar dari gaji pokok sebagai guru di sekolah dengan tidak mengurangi
dedikasi dan profesionalisme sebagai guru.

Buku “Siapa Bilang Jadi Guru Hidupnya Susah?” karangan Hasyim Ashari (April, 2007) misalnya. Sangat banyak ilmu yang dapat dipergunakan guru. Seperti bagaimana menjadi guru privat, mengajar di bimbingan belajar, menulis buku, menulis di media massa dan berwirausaha Menulis bukanlah bakat istimewa tetapi lebih kepada tekad yang kuat. Intinya, sediakan waktu untuk menulis dan jangan takut menulis. Pada buku ini dijelaskan pula tips bagi yang baru memulai karier sebagai penulis dan tips mengirimkan naskah ke penerbit beserta contoh-contohnya, alamat-alamat email media massa dan penerbit.
Buku yang terkait dengan karya ilmiah juga semaikn banyak. Ini dapat dijadikan rujukan mengikuti lomba-lomba kategori guru. Menurut pengalaman, biasanya lomba ini kinim peserta sementara hadiahnya relative besar.

Oleh karenanya, sudah saatnya sertifikasi tidak ditakuti. Momen itu hanyalah sebuah keniscayaan menuju pengakuan terhadap guru. Dan berangkatlah menjadi guru bermutu dengan melakukan beberapa kegiatan di atas. Bravo guru.

sumber foto:www.janbrett.com

Pahlawan Lingkungan, Menghargai Pekerjaan Pasukan Kuning


Dimuat di harian Surya Wednesday, 05 December 2007

Oleh: Husamah
Jl Notojoyo Malang
usya_bio@yahoo.com

Faktor penting sehingga suatu daerah memperoleh penghargaan kebersihan lingkungan, kesehatan lingkungan, atau kalpataru adalah pasukan kuning.
Jam masih menunjukkan pukul 03.00 WIB. Suasana lengang dan sepi sementara suhu dingin menusuk sampai ke tulang-tulang dini hari itu. Biasanya pada waktu-waktu seperti ini, kita masih terlelap tidur. Namun, bagi pasukan kuning yang biasa saya temui di Jl Tirto Utomo dan Jl Raya Tlogo Mas Malang, hal tersebut tidak berlaku.

Bermodal sapu dan gerobak mereka menyusuri jalan, satu orang menarik di depan dan satu lainnya mendorong dari belakang. Satu per satu rumah disusuri, memburu keranjang sampah. Dengan sigap sampah-sampah itu dimasukkan ke dalam gerobak. Benda-benda seperti botol bekas air mineral, plastik-plastik bekas, kertas, dan kardus dimasukkan ke dalam karung yang memang telah disiapkan dan digantung di samping gerobak.

Bagi mereka bau sampah yang busuk menusuk hidung itu seakan tidak tercium lagi. Bak Harry Potter, tangan mereka sigap menyapu sampah-sampah yang dibuang sembarangan di tepi jalan. Hanya dalam hitungan menit maka sampah-sampah itu hilang. Pekerjaan ini mereka lakukan tiap hari. Tidak ada yang berbeda, selalu sampah dan sampah. Kenyataan ini mungkin hampir sama dengan kehidupan yang serba kekurangan atau miskin walapun mereka pasti tidak menginginkannya.

Sayangnya perjuangan tulus para pasukan kuning tersebut masih belum dihargai secara layak. Ada banyak contoh yang dapat diberikan untuk mendukung pendapat di atas. Misalnya, pemeritah daerah sampai tingkat desa memberikan gaji atau tunjangan sangat minim. Bahkan terkesan sangat tidak manusiawi.

Jasa-jasa pasukan kuning masih sering dilupakan pemerintah daerah meskipun salah satu faktor penting sehingga suatu daerah memperoleh penghargaan kebersihan lingkungan, kesehatan lingkungan, atau kalpataru adalah pasukan kuning. Parahnya, bupati, wali kota, dan jajarannya dengan congkak menganggap diri mereka sebagai orang paling berjasa.
Pandangan masyarakat pun tidak jauh beda. Pekerjaan mulia dan tulus tersebut dianggap hina oleh sebagian besar orang. Terkadang kita mengeluarkan ungkapan “pasukan kuning” untuk mengejek teman yang lain. Padahal jika mau jujur, kita tidak lebih baik dari mereka bahkan dari apa yang mereka sapu tiap hari itu.