6 Januari 2008

Bencana, Peringatan Keras Alam



(dimuat di harian Media Indonesia Kamis, 4 Januari 2008 hal. 7

Oleh: Husamah
(Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)

Bencana hebat yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda akhirnya datang tepat setelah Indonesia sukses menyelenggarakan Konferensi Iklim PBB di Bali.
Seharusnya kita bertanya mengapa bencana ini diberikan Tuhan padahal Indonesia telah "berbuat baik dan mulia'?

Nah, sebenarnya pemerintah perlu segera taubat dan mendengarkan peringatan keras itu. Bisa jadi karena pemerintah telah menduakan lingkungan. Di satu sisi gembar-gembor cinta lingkungan, tetapi di sisi lain merusak lingkungan. Di satu sisi mengampanyekan penanaman pohon, tetapi di sisi lain membiarkan illegal logging. Bahkan dengan tanpa malu membebaskan pelaku illegal logging seperti Adelin Lis.

Bisa jadi bencana ini terjadi karena alam menganggap bahwa Indonesia ternyata begitu "matre". Jaminan Indonesia untuk menyudahi perusakan alam dan menjaga kesinambungannya harus di hargai dengan trilyunan dollar. Bahkan tanpa malu sebagian dari mereka mengeruk keuntungan dari proyek-proyek lingkungan yang dijajakan di ajang UNCCC.

Bisa jadi bencana terjadi akibat alam mengetahui bahwa nantinya dana-dana segar yang nantinya akan diberikan negara maju akan kembali dikorupsi oleh pejabat-pejabat (tikus) negara. Dari pada di korupsi lebih baik dana itu digunakan untuk merekonstruksi daerah-daerah yang terkena bencana.

Bisa jadi alam telah mengerti bahwa uang-uang di daerah-daerah akan dikorupsi oleh pejabat daerah. Sebelum para pejabat daerah menjarahnya, datanglah bencana. Alam mungkin berpikiran, lebih baik uang itu dimakan pengungsi dari pada di makan pejabat daerah.

Bisa jadi bencana terjadi karena alam mengetahui bahwa pejabat hanya tidur-tiduran dan lalai terhadap rakyatnya. Bencana dimaksudkan agar mereka turun ke lapang mengurusi rakyatnya, menyaksikan penderitaan rakyatnya.

Bisa jadi bencana karena mendekati musim kampanye presiden. Alam seakan menghina para kandidat yang bernafsu itu. Seakan alam berkata, "kemaren-kemaren tour ke daerah-daerah, sok perhatian. Tapi kok saat bencana ramai menimpa, mereka malah tidak terlihat batang hidungnya? Ternyata alam sangat pintar dan Indonesia belum mulia.
Sumber foto: http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/img/DavidArmstrong/banjir.jpg

Tidak ada komentar: