29 Desember 2008


Mendulang Berkah di Balik Tarif Murah

(Kabar Baik di Saat Krisis Ekonomi Bangsa)

Oleh: Husamah


Flashback

Dalam sebuah seminar di bulan Agustus 2008, Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan sebuah fakta yang sangat menakjubkan. Ternyata, merokok dan mengirim pesan singkat SMS (short message service) menjadi konsumsi terbesar bagi kalangan bawah atau kelompok miskin.

Meminjam data Elisawati (2008) dalam sebuah artikel berjudul Masyarakat Miskin Menopang Industri Rokok dan Seluler?, dengan total pelanggan selular yang diperkirakan mencapai 125 juta pada semester 1 tahun 2008, maka penetrasi telepon seluler (ponsel) boleh dikatakan sudah mencapai 50% lebih. Sesuai dengan piramida pasar, tentunya golongan miskin ini memang mewakili prosentase terbesar. Sehingga wajar juga ketika pangsa pasar seluler tumbuh dan membesar, maka golongan inilah yang disasar. Itu artinya kontribusi kalangan bawah terhadap pertumbuhan industri seluler cukup besar.

Semua orang tahu bahwa saat ini kalangan bawah atau rumah tangga kelompok miskin adalah lapisan yang paling terkena dampak dari naiknya berbagai harga kebutuhan pokok sebagai efek krisis ekonomi bangsa dan krisis global. Namun di balik krisis tersebut muncul sebuah anomali yang cukup mencengangkan sekaligus menggembirakan. Saat ini masyarakat bawah atau miskin menikmati penurunan tarif telekomunikasi yang dipicu oleh keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi. Asumsi itu kita ambil minimal dengan berpijak pada data di atas. Tarif telekomunikasi murah yang disediakan oleh hampir semua operator ini, membuat masyarakat sedikit bernafas lega karena berkurangnya pos biaya telekomunikasi yang dikeluarkan.

Berkah Telekomunikasi

Hemat di saat krisis sungguhlah suatu pesona tersendiri, di sisi lain harga bahan kebutuhan pokok semakin membakar justru tarif selular menjadi oase di tengah padang pasir, penyegar bagi masyarakat, terutama masyarakat kelas menengah kebawah. Bisa jadi akan muncul sejuta asa masyarakat yang hendak digapai di balik krisis bangsa saat ini. Simak saja hasil perhitungan Ryo Kusumo (2008) berikut ini. Bayangkan jika kita pemakai seluler permanen yang selalu stand by 24 jam untuk usaha. Anggaplah biaya percakapan mencapai 10.000 rupiah/jam dan rata-rata menelpon keluar hingga 3 jam/hari. Jika tarif tadi dihemat hingga sekitar 30%, maka pemakaian per hari berkurang menjadi 24.000 rupiah/hari, hemat 6.000 rupiah/hari. Bisa jadi jumlah pengeluaran lebih kecil tergantung kartu seluler yang dipakai. Siapa yang tidak melonjak kegirangan?

Thomas L. Friedman, kolumnis paling berpengaruh di Amerika Serikat, pernah berkata bahwa berkat kemajuan telekomunikasi dan internet, jagad menjadi datar. “The world is flat” katanya. Istilah datar hanyalah metafora Friedman untuk menggambarkan efek yang muncul akibat telekomunikasi kian murah dan mudah tadi. Menurut Friedman, telekomunikasi yang murah (cheap) dan tersedia dengan mudah di mana-mana (ubiquitous) membuat setiap orang di seluruh penjuru dunia kini dapat berpartisipasi dalam kancah bisnis global.

Kita mengetahui bahwa tersedianya berbagai akses telekomunikasi saat ini seperti telepon genggam dan tarif pulsa murah telah menjadi bukti kemajuan yang kasat mata. Telekomunikasi sekarang memang sudah bisa dinikmati segala lapisan masyarakat dan mampu menggerakkan sektor riil. Seakan membenarkan apa yang dikatakan Friedman di atas banyak pedagang, penjual mie keliling, pedagang bakso dan siomay, tukang ojek, berbagai usaha restoran tradisional dan usaha kreatif lainnya telah berhasil menjangkau pelanggannya dengan memberikan nomor telepon, HP atau call center mereka. Mereka mampu bersaing dengan restoran dan usaha modern seperti Pizza Hut, Mc Donald dan KFC.

Implikasi positif penurunan biaya telekomunikasi ternyata tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di daratan atau pulau-pulau besar tetapi juga pulau-pulau kecil dan terpencil. Selama ini keberadaan mereka tidak banyak diperhitungkan karena ketidakberuntungan secara letak geografis. Padahal telah menjadi rahasia umum bahwa pulau-pulau terpencil memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa besar misalnya ikan, rumput laut, dan lainnya. Dengan telekomunikasi mudah dan murah mereka dapat menjalin relasi bisnis dengan pengusaha besar di daratan sekaligus mengetahui harga dan informasi lainnya.

Implikasi positif ternyata tidak berakhir di situ. Bagi masyarakat bawah atau miskin, murahnya biaya telekomunikasi juga berarti bisa menyambung tali silaturahmi yang lebih baik dengan sanak saudara yang terpisah jarak dan waktu. Komunikasi akan terjalin baik dengan anggota-anggota keluarga yang terpisah. Contoh kecil dapat kita lihat adalah bagaimana sambutan antusias masyarakat terhadap turunnya tarif telekomunikasi ini, terlebih para orang tua yang anaknya sedang mencari ilmu di kota-kota lain, ataupun para keluarga yang anak atau sanak saudaranya sedang mencari penghidupan di luar kota. Selain menjalin silaturahmi mereka juga bisa berhemat yang berarti dapat menabung untuk menambah modal kemudian mengembangkan usaha.

Manfaat turunnya tarif telekomunikasi, juga dapat dirasakan oleh sebagian besar perusahaan-perusahaan penyedia barang dan jasa masyarat yang banyak tergantung pada informasi dan telekomunikasi. Hal ini pun ujung-ujungnya berimbas positif bagi masyarakat miskin. Dengan turunnya tarif tarif telekomukasi tersebut, berpengaruh terhadap biaya produksi dan operasionalnya, sehingga diharapkan dapat menurunkan harga jual produk kepada masyarakat bawah.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa tarif telekomunikasi yang murah memungkinkan lebih terbukanya berbagai akses dan peluang lebih luas dapat diraih di segala bidang kehidupan, seperti akses pengetahuan, peluang usaha, relasi bisnis, maupun pelayanan. Dengan kemudahan tersebut masyarakat bawah atau miskin terpompa semangatnya untuk senantiasa mengembangkan diri dengan karya-karya terbaik untuk meraih cita dan asa mereka. Dengan manfaat ini, kehidupan sosial masyarakat bisa menjadi lebih dinamis dalam menyikapi perkembangan zaman dan tantangan global.

Memaksimalkan Berkah
Terlepas dari sisi negatif dan positif, misalnya dengan adanya perang tarif antar operator dan munculnya gaya hidup baru yang konsumtif, langkah pemerintah yang positif dan diikuti oleh para operator ini patut diacungi jempol. Keberanian pemerintah untuk mengkalkulasi dampak penurunan tarif diharapkan menjadi momentum terbaik untuk berbalik arah. Mengedepankan kebutuhan masyarakat bawah atau golongan miskin di tengah krisis dan mengesampingkan kebutuhan golongan, politik, partai dan pribadi tentunya adalah langkah tepat yang selama ini dinanti.

Penulis meyakini bahwa turunnya tarif telekomunikasi akan memberikan implikasi yang lebih luas lagi dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Orang bijak pernah berkata bahwa satu kebaikan akan mengarah atau bahkan melahirkan kebaikan-kebaikan lainnya. Tarif operator seluler yang terjangkau dan murah dapat memicu berbagai hal positif secara sosial maupun ekonomi. Turunnya tarif telekomunikasi hingga dapat dijangkau masyarakat dapat mengurangi kesenjangan sosial dan kemiskinan yang selama ini menjadi penyakit kronis bangsa. Tarif telekomunikasi yang murah memiliki potensi yang dapat memberikan kehidupan bagi banyak orang.

Persoalan selanjutnya perlu dicermati adalah bagaimana menghadirkan telekomunikasi murah tapi berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat. Hendaknya pemerintah tidak hanya berhenti pada momentum telekomunikasi murah teapi juga memaksimalkannya dengan upaya responsif dan apresiasif. Upaya tersebut dapat diterjemahkan misalnya dengan menggandeng para operator untuk mengkampanyekan dan mensosialisasikan program-program edukatif dan solutif untuk mewujudkan kemajuan masyarakat. Program-program atau info-info edukatif tersebut dapat berupa peningkatan usaha kreatif dan mandiri masyarakat atau kiat-kiat usaha saat krisis, isu penghematan energi dan energi alternatif, pendidikan ekonomi keluarga dan masyarakat, advokasi dan lain sebagainya.

Dukungan ini sangat penting dan seyogyanya diarusutamakan. Menurut Ismawanto (2008) setiap masyarakat tidak mempunyai tingkat pengetahuan dan informasi yang sama. Oleh karena itu pemerintah perlu menggandeng semua pihak yang terkait untuk menyiapkan konten-konten yang memang benar-benar berguna dan bermanfaat sebagai bagian dari edukasi masyarakat.

Akhirnya, dengan adanya upaya responsif dan apresiasif tersebut diharapkan manfaat turunnya tarif telekomunikasi betul-betul dapat dirasakan masyarakat secara maksimal. Dengan demikian kita pun akan menarik kesimpulan bahwa masyarakat benar-benar mendulang berkah di balik tarif murah karena masyarakat menjadi tercerahkan, lebih siap dalam menyonsong masa depan, demi meraih cita-cita mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera secara mandiri meskipun dalam terpaan badai krisis ekonomi. Semoga.

NASKAH LOMBA KARYA TULIS XL 2008
TEMA: Turunnya tarif telekomunikasi terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia.


BIODATA

Nama : Husamah, S.Pd.
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTLahir : Sumenep/18 Oktober 1985
Alamat : Jl. Notojoyo 53 Tegalgondo Karangploso Malang 65152
Telepon Rumah : (0341) 464733
HP : 088803349656
E-mail : usya_bio@yahoo.com
Rekening : BNI 46 CABANG BANYUWANGI
NO.REK: 004.2758.931 a.n. USAMAH

PRESTASI
1.Penulis Opini Terbaik, Lomba Opini tingkat Nasional LSM JATAM dan SAWIT WATCH (2008)
2.Juara I Lomba Essai Se-Indonesia LPM Bahana Univ. Riau (2008)
3.Juara II Lomba Essai Nasional, Sinology Center UMY (2007)

Tidak ada komentar: